Ia merasa; makin sering berada lama di perpustakaan, makin pintar pula dirinya.
Kesenangan membaca dibarengi dengan keasyikan mengunyah isi kantong yang tadi dibawanya.Â
Remah bertaburan bersebaran. Mengotori meja perpustakaan. Mengundang seekor semut datang. Menggigit serpihan. Menggotongnya untuk dibawa ke sarang.
Ia tidak egois. Memberi tahu teman-temannya bahwa masih banyak harta karun dapat diboyong. Maka jutaan semut berbaris tertib berbondong-bondong menuju perpustakaan.
Tiap-tiap dari mereka membawa sisa-sisa makanan. Sebagian bergotong royong membawa remahan ukuran super besar.
Sebagian mengerubuti makhluk sedang asyik membaca buku. Menyerbu makanan dalam mulutnya. Sebagian menutup dua lubang di atasnya, agar hasil respiasi tidak meniup rekan-rekan mereka. Juga menutup mata pria tambun agar air tidak menghanyutkan teman-temannya.
Sebagian mulai mencuil lapisan lemak. Mengerikiti daging merah. Mencabik urat-urat. Menggerogoti jeroan. Menyisakan struktur kalsium yang sukar dikerat.
Sebagian tidak mau diam begitu saja. Mereka mulai belajar memaknai garis-garis dalam lembaran buku.
Tanpa kenal kata menyerah mereka berusaha menafsirkan huruf-huruf. Sejak saat itu mereka fasih membaca.
Keuletan membawa ke pemahaman, apa yang tercetak pada buku-buku sangatlah berharga.
Mereka tidak pelit ilmu. Tidak egois.