Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janganlah Kau Kotori Perpustakaan, Nanti Semut Kuasai Dunia

3 September 2023   21:08 Diperbarui: 3 September 2023   21:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar semut menyerbu oleh monsterpong09 dari Pixabay

Seorang pria malang tinggal tulang belulang di perpustakaan kota, tanpa seorang pun sempat menolongnya.

Gelembung lemak, daging dan otot pengisi kerangka, cairan tubuh, otak dan jeroan, serta bagian-bagian lunak di tubuhnya telah digotong semut-semut. Jutaan serangga kecil keluar dari koloninya menyerbu perpustakaan kota.

Pagi sebelumnya seorang pria membawa tubuh usangnya dengan langkah berat ke perpustakaan kota.

Tentu saja tiga atau empat kantong makanan lepas dari mata penjaga berkacamata pantat botol, yang duduk dekat pintu mahoni.

Melewati pintu tercium bau kayu mengusik penciuman. Namun pria pendiam tidak punya teman itu menemukan kelegaan.

Ia menarik napas. Menghirup aroma buku-buku tua. Mata melebar menuju meja favorit di ujung ruangan yang tidak mudah terlihat begitu saja.

Di ruang hening bau kayu tidak terawat penuh buku merupakan tempat paling damai. Menyenangkan bagi pria yang tidak mudah bergaul dengan teman-temannya.

Tempat menenangkan yang memberikan inspirasi, wawasan, dan pengetahuan. Selama siapa pun bercengkerama lama-lama dengan huruf-huruf menari-nari pada lembar-lembar.

Konon, perpustakaan memiliki fungsi luar biasa. Berfaedah untuk pendalaman ilmu, pemberadaban, cari informasi, dan -- ini bagian yang menyenangkan -- hiburan.

Pria tersebut lalu tenggelam dalam buku-buku. Menjelajahi dunia. Menyerap berbagai pengetahuan.

Ia merasa; makin sering berada lama di perpustakaan, makin pintar pula dirinya.

Kesenangan membaca dibarengi dengan keasyikan mengunyah isi kantong yang tadi dibawanya. 

Remah bertaburan bersebaran. Mengotori meja perpustakaan. Mengundang seekor semut datang. Menggigit serpihan. Menggotongnya untuk dibawa ke sarang.

Ia tidak egois. Memberi tahu teman-temannya bahwa masih banyak harta karun dapat diboyong. Maka jutaan semut berbaris tertib berbondong-bondong menuju perpustakaan.

Tiap-tiap dari mereka membawa sisa-sisa makanan. Sebagian bergotong royong membawa remahan ukuran super besar.

Sebagian mengerubuti makhluk sedang asyik membaca buku. Menyerbu makanan dalam mulutnya. Sebagian menutup dua lubang di atasnya, agar hasil respiasi tidak meniup rekan-rekan mereka. Juga menutup mata pria tambun agar air tidak menghanyutkan teman-temannya.

Sebagian mulai mencuil lapisan lemak. Mengerikiti daging merah. Mencabik urat-urat. Menggerogoti jeroan. Menyisakan struktur kalsium yang sukar dikerat.

Sebagian tidak mau diam begitu saja. Mereka mulai belajar memaknai garis-garis dalam lembaran buku.

Tanpa kenal kata menyerah mereka berusaha menafsirkan huruf-huruf. Sejak saat itu mereka fasih membaca.

Keuletan membawa ke pemahaman, apa yang tercetak pada buku-buku sangatlah berharga.

Mereka tidak pelit ilmu. Tidak egois.

Jutaan semut berbagi pengetahuan dengan jutaan semut lainnya. Dan jutaan semut menularkan pengetahuan berharga kepada jutaan semut lain lagi.

Selanjutnya, berjuta-juta hingga jumlah tak terbatas semut menjadi demikian pintar. Mereka berpengetahuan amat luas.

Pengetahuan luas adalah kekuasaan amat dahsyat. Para semut berjumlah tidak terbatas kini memiliki absolute power.

Guru besar Universitas Cambridge abad ke-19, Lord Acton, mengatakan demikian, "power tends to corrupt, and absolute power tends to corrupt absolutely."

Para semut dengan kekuasaan mutlak tumbuh menjadi kekuatan jahat.

Demikian jahat sehingga mereka mengambil alih perpustakaan. Mengambil alih kota, negara, dan negara-negara di seluruh dunia.

Dunia yang pernah dikuasai manusia, sekarang disesaki bangunan-bangunan koloni menjulang ke langit.

Maka dimulailah revolusi kebudayaan dan industri untuk kepentingan semut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun