Sejurus mereka saling berpandangan. Satu teman protes, "kok rujak pakai ada sayur, tempe tahu, dan daging? Pakai nasi pula?"
Tepok jidat! Saya lupa menuturkan, di sini rujak cingur adalah semacam main course. Cocok untuk makan berat.
Baru sadar bahwa definisi rujak versi saya berbeda dengan rujak dalam pikiran mereka, yang lahir dan besar di sejuknya Kota Kembang.
Bagi teman-teman, rujak adalah irisan berbagai buah dengan bumbu dari gula merah, yang diulek bersama kacang, cabai, dan air asam.
Tak lama kemudian saya menyaksikan wajah-wajah yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Mereka berusaha menghabiskan menu kuliner khas Jawa Timur itu.
Misleading! Saya membawa pemahaman keliru akibat tidak lengkap dalam menuturkan, bahwa rujak cingur berbeda wujud dan rasa dengan rujak ulek di Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H