Rasa pecel khas Jawa Timur itu enak disantap, dengan porsi pas untuk sarapan.
Lumayan laris juga pedagang pecel pada pagi itu. Terlihat enam penikmat berbeda, selain saya.
Energi pecel meringankan langkah. Kira-kira 400meter kemudian menyempil papan bertuliskan cagar budaya. Lorong satu meteran membawa ke pengetahuan baru: sebuah bangunan dan rumah juru kunci.
Kata kuncen, di dalam bangunan terdapat makam keramat Mbah Khair (Tubagus Abu Khair Bel Au, ulama asal Banten).
Keluar dari masa lalu, eh cagar budaya saya meneruskan perjalanan.
Memasuki Gang Karet 2 ingatan terlempar ke masa silam, bahwa pada zaman SMA saya pernah mengantar pulang Bu Guru Pelajaran Keterampilan. Sekarang saya lupa letak persis rumahnya.
Terus masuk ke dalam gang. Dinding-dinding dicat mayoritas warna merah putih, berkat sponsor satu merek cat tertentu.
Masuk lebih dalam. Ketika menjelajahi jalan sempit, saya melihat emak-emak sedang menjahit dengan tangan di sebuah rumah mungil. Ada setumpuk baju gamis menunggu pemasangan kancing.
"Khusus jahit kancing untuk baju grosiran. Ya, pesanan pabrik."