Kendati menjual menu serupa, tetapi kenapa sebuah warung penyedia hidangan sarapan lebih laris dibanding kedai serupa di tempat lain?
Apakah pakai ilmu pelaris bantuan dukun? Mari kita lihat.
Selain bubur, lontong sayur, doclang terdapat penjual menu sarapan. Kedai seperti ini demikian populer di Kota Bogor.
Penjual nasi uduk berikut gorengan dengan mudah dapat dijumpai di berbagai sudut. Di pinggir jalan. Di dalam gang. Pokoknya di sekitar tempat keramaian atau dilalui pelintas.
Ada beragam skala usaha penjual nasi uduk, baik dihitung dari luas tempat maupun ragam menu dijual.
Warung paling sederhana menyediakan menu standar berupa nasi uduk dan gorengan.
Di kedai lebih komplit tersedia tambahan lauk untuk nasi uduk, seperti telur balado atau tongkol balado. Selain menu standar, dijual pula lontong sayur, pecel bumbu ulek, lontong bumbu (pesor), mi/bihun goreng, dan lainnya. Beragam pilihan menu sarapan.
"Warung Emak. Menjual nasi uduk, pecel, lontong sayur, aneka gorengan," bunyi spanduk di kedai penjual menu sarapan di halaman rumah.
Selain menu di atas, senyatanya tersedia juga produk:
- Lauk untuk nasi uduk (telur/tongkol balado, perkedel, kadang semur jengkol).
- Ketan serundeng.
- Buras (lontong) isi oncom.
- Pisang rebus.
- Ketimus (lemet), yaitu olahan dari singkong parut diisi gula merah.
- Kopi seduh.
Dengan ragam menu di atas maka Warung Emak tergolong komplit.
Harganya pun relatif terjangkau. Menu sarapan berkisar Rp5-12 ribu. Aneka gorengan atau rebusan harga seribu-an.
Banyak pilihan. Tidak mengherankan, ibu-ibu mengerumuni sambil ngerumpi dari sejak pagi sekali.
Begitu matahari meninggi, orang-orang memesan dari balik pagar kantor. Ditambah pelintas yang berhenti demi menghampiri jajanan pagi tersebut.
Laris. Tidak sedikit pembeli menjadi pelanggan.
Tidak demikian dengan, setidaknya, tujuh kedai serupa dalam radius satu kilometer. Pembeli tidak seramai seperti di Warung Emak.
Apa sih rahasianya sehingga Warung Emak demikian laris?
Perbincangan dengan istri marbot masjid itu dan pengamatan sekilas menelurkan ikhtisar berikut.
Pengalaman
Emak terbiasa di bisnis kuliner. Sebelum pindah ke sini, ia membuka kedai nasi.
Artinya, pengalaman dalam mengolah dan menjual makanan telah membentuk kemahiran.
Konsep Tepat
Dengan konsep tepat pembeli pun berdatangan. Sebelum memulai usaha, Emak mencari informasi tentang pasar di sekitar.
Dengan kemahiran dimiliki, ia membuka usaha penyediaan menu sarapan. Bukan kedai nasi.
Harga dipatok tidak terlalu mahal, merepresentasikan warung sederhana.
Selera
Hasil olahan memenuhi selera banyak orang. Mutu baik dan rasa untuk selera orang lain menjadi tujuan Emak dalam memasak.
Beberapa pelanggan berasal dari lokasi jauh. Mereka kepincut dengan rasa penganan di Warung Emak.
Pelayanan
Emak berlaku ramah kepada siapa pun pembeli. Tidak jutek. Para pembeli merasa nyaman berbincang dengannya.
Terbentuk suasana menyenangkan yang membuat pembeli betah.
Doa dan Sedekah
Dalam menjalankan usaha Emak tidak lupa berdoa. Berapa pun hasilnya, ia tetap bersyukur.
Tidak selamanya barang jualan habis. Maka makanan masih layak itu diserahkan ke yatim piatu di Ciomas, daerah asalnya yang berjarak sekitar 3 km.
Lokasi
Setelah beberapa kali pindah tempat karena tersingkir atau sebab lain, Emak akhirnya menempati halaman rumah.
Tidak perlu membayar sewa. Pemilik rumah hanya mensyaratkan kebersihan lingkungan selama berjualan.
Ternyata ramai pengunjung. Lokasi terletak di daerah perlintasan orang, baik yang berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan.
Lingkungan sekitar adalah market yag terdiri dari penghuni permukiman, pegawai kantor, pengunjung masjid, dan pelintas.
Tempat adem dikelilingi pepohonan dengan parkir cukup untuk sepeda motor dan mobil.
Kesimpulan
Gabungan dari faktor penentu keberhasilan usaha kuliner tersebut di atas membuat Warung Emak laris.
Pembeli berdatangan, bahkan beberapa menjadi pelanggan yang betah berlama-lama sambil jajan di warung Emak.
Sadar atau tidak, Emak telah membuat faktor pembeda dibandingkan dengan usaha kuliner serupa.
Make a Difference! Bukan pakai ilmu klenik atau perdukunan yang tidak masuk akal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H