Harganya pun relatif terjangkau. Menu sarapan berkisar Rp5-12 ribu. Aneka gorengan atau rebusan harga seribu-an.
Banyak pilihan. Tidak mengherankan, ibu-ibu mengerumuni sambil ngerumpi dari sejak pagi sekali.
Begitu matahari meninggi, orang-orang memesan dari balik pagar kantor. Ditambah pelintas yang berhenti demi menghampiri jajanan pagi tersebut.
Laris. Tidak sedikit pembeli menjadi pelanggan.
Tidak demikian dengan, setidaknya, tujuh kedai serupa dalam radius satu kilometer. Pembeli tidak seramai seperti di Warung Emak.
Apa sih rahasianya sehingga Warung Emak demikian laris?
Perbincangan dengan istri marbot masjid itu dan pengamatan sekilas menelurkan ikhtisar berikut.
Pengalaman
Emak terbiasa di bisnis kuliner. Sebelum pindah ke sini, ia membuka kedai nasi.
Artinya, pengalaman dalam mengolah dan menjual makanan telah membentuk kemahiran.
Konsep Tepat
Dengan konsep tepat pembeli pun berdatangan. Sebelum memulai usaha, Emak mencari informasi tentang pasar di sekitar.
Dengan kemahiran dimiliki, ia membuka usaha penyediaan menu sarapan. Bukan kedai nasi.