Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segelas Kopi Pagi yang Menyenangkan dan Menenangkan

11 Juli 2023   09:09 Diperbarui: 11 Juli 2023   09:11 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar segelas kopi pekat dengan rasa manis samar-samar (dokumen pribadi)

Segelas kopi pekat dengan rasa manis samar-samar. Gaya racikan yang aku suka. Nikmat diseruput pelan-pelan pada pagi indah.

Menyenangkan sekaligus menenangkan, sehingga ada cukup alasan duduk berlama-lama.

Tempat itu bukanlah bisnis kopi waralaba global yang menggerus isi dompet.

Bukan pula gerai bentukan anak muda lokal, yang demikian subur menjamur di kota-kota seluruh negeri.

Kedai nasi sederhana di ujung jembatan. Tersedia aneka masakan bersahaja. 

Kalian tidak akan menemukan olahan daging. Teteh)* penjual pasti kebingungan menentukan harga jual.

Tersedia: ayam masak kecap, oseng ati ampela, goreng ikan, tahu tempe, telur ceplok kecap, sambel kentang, sayur matang, dan aneka makanan terjangkau.

Tidak. Tidak. Aku tidak sedang sarapan. Datang ke sini dalam keadaan sudah makan pagi.

Tadi pagi aku bikin nasi goreng dari setengah sisa nasi uduk semalam. Menggunakan irisan bawang merah dan putih, telur dikacaukan bersama rajangan daun bawang, ditumis dengan margarin.

Sedangkan nasi uduk semalam merupakan hasil membeli dari warung tenda di dekat Kantor Polsek.

Hampir 40 purnama aku menjalani hidup dengan memasak mencuci sendiri. Di ranjang pun seorang diri.

Pergi ke kedai nasi sederhana di ujung jembatan, hanya untuk minum segelas kopi dan secangkir air. 

Tidak sekadar minum kopi, tetapi menghirup aroma menyenangkan dan menenangkan di pagi hari.

Setelahnya ada kelegaan emosional. Mungkin juga sebuah harapan indah. Siapa tahu?

Bukan berarti tidak pernah menikmati kopi di tempat lain. Pernah, dan aku tidak suka.

Pangkalnya, bakul kopi itu sangat ceriwis bikin kuping capek. 

Setiap ingin berlama-lama mereguk kenikmatan kopi, ia mengurai segala keluhan perkara pribadi.

"Habis, gak ada temen ngobrol, sih!"

Lagi pula ia bukan tipeku. Terlampau mengingatkan pada masa lalu tidak mengenakkan.

Berbeda dengan di kedai nasi sederhana di ujung jembatan.

Penjual sudah hafal dengan seleraku, kendati baru sekali dikasih tahu. 

Aku penyuka kopi dibubuhi gula, ketimbang gula diberi bubuk kopi.

"Sudah cukupkah takaran kopi dan gula?"

Aku mencicipi. Lebih dari harapan. Kopi racikannya amat pas. Larutan pekat dengan rasa manis samar-samar.

"Cukup. Pas banget."

Dua sudut bibir pemilik kedai nasi sederhana di ujung jembatan itu menaik. Senyum manis yang samar-samar.

Pemandangan menyenangkan itu menghilang di balik dinding dapur.

Aku menyesap kopi pelan-pelan. Membasahi lidah. Menikmati pahit dengan rasa manis samar-samar.

Sensasi rasa yang menggetarkan dada. Lantaran pertanyaan-pertanyaan berpengharapan muncul mengganggu pikiran.

Permukaan larutan nyaris menyentuh ampas kopi, ketika Teteh penjual meletakkan wadah berisi sayur bening baru matang di etalase.

Kemudian ia duduk di pojok. Mengambil tisu. Mengelap wajah bening dan sebagian leher jenjangnya.

"Teteh...!"

"Ya, Mas," suara lembut meluncur dari bibir tipis.

"Boleh bikin segelas kopi lagi?"

Sepertinya berbincang lama-lama dengan si Teteh akan menyenangkan sekaligus menenangkan pada pagi indah. 

)* Teteh: sebutan untuk wanita dalam bahasa Sunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun