Aku penyuka kopi dibubuhi gula, ketimbang gula diberi bubuk kopi.
"Sudah cukupkah takaran kopi dan gula?"
Aku mencicipi. Lebih dari harapan. Kopi racikannya amat pas. Larutan pekat dengan rasa manis samar-samar.
"Cukup. Pas banget."
Dua sudut bibir pemilik kedai nasi sederhana di ujung jembatan itu menaik. Senyum manis yang samar-samar.
Pemandangan menyenangkan itu menghilang di balik dinding dapur.
Aku menyesap kopi pelan-pelan. Membasahi lidah. Menikmati pahit dengan rasa manis samar-samar.
Sensasi rasa yang menggetarkan dada. Lantaran pertanyaan-pertanyaan berpengharapan muncul mengganggu pikiran.
Permukaan larutan nyaris menyentuh ampas kopi, ketika Teteh penjual meletakkan wadah berisi sayur bening baru matang di etalase.
Kemudian ia duduk di pojok. Mengambil tisu. Mengelap wajah bening dan sebagian leher jenjangnya.
"Teteh...!"