Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerja Nyata Hadapi Permasalahan di Jakarta, Bukan Menata Kata

21 Juni 2023   17:08 Diperbarui: 21 Juni 2023   17:25 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar transportasi umum di Jakarta oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay

Sedangkan naik KRL, stasiun keberangkatan dekat dari rumah, tetapi stasiun kedatangan di Jakarta berjarak terlalu jauh dari kantor.

Oleh karena itu, naik angkutan kota adalah cara termudah dan tercepat, kendati mesti dua kali naik. Pertama, mencegat angkot jurusan Bogor-Parung. Lalu pindah ke angkot rute Parung-Lebak Bulus yang berlari bak mobil balap.

Sebagian besar perjalanan lancar. tiba di daerah Pondok Cabe dan Cirendeu jalan mobil berjalan tersendat. Terhambat oleh barisan kendaraan pribadi dan angkutan umum, yang juga terburu-buru mengantarkan penumpangnya agar tiba tepat waktu di tujuan.

Sopir angkot amatlah jeli. Ada celah tipis di kemacetan, ia menyelinap. Rupa-rupanya ada semacam tantangan di antara pengemudi angkot jurusan Parung-Lebak Bulus: beradu cepat agar sampai di tempat tujuan dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Pernah sih mencoba naik mobil pribadi, tetapi sulit menandingi pencapaian waktu seperti angkot. Lagi pula biaya pembelian bensin melampaui kemampuan finansial seorang karyawan baru. Pakai sepeda motor? Waktu itu belum terpikirkan.

Setelah sekian lama, perjalanan pergi-pulang melelahkan berakhir. Bersama seorang kolega mengontrak rumah petak dekat kantor.

Menyewa dari warga asli yang memiliki beberapa "pintu" kontrakan, empang ikan lele, dan kebun anggek potong. Tidak sedikit warga Betawi di Kawasan Lebak Bulus mengandalkan penghasilan dari usaha serupa.

Selanjutnya mereka tergusur dan tergeser ke wilayah lebih pinggir, bahkan hingga ke Bogor. Lahan-lahannya dibeli oleh para pengembang untuk dibangun gedung bertingkat.

Berikutnya, tempat tinggal bergeser ke tempat kos di deerah jalan Fatmawati. Masih di Jakarta Selatan. Latar belakang penduduknya lebih beragam, termasuk sedikit keluarga Betawi. Pada waktu berbeda, pindah kos ke Pasar Minggu.

Lebak Bulus, Jalan Fatmawati, dan Pasar Minggu merupakan daerah Jakarta Selatan ketika itu berhawa sejuk. Dibandingkan dengan wilayah lain di Jakarta, bukan Bogor.

Perbedaaan itu dapat dirasakan setelah saya pindah ke daerah Setiabudi (masih di selatan, tapi mendekati wilayah pusat). Hawa lebih panas, suasana sumpek, dan lalu lintas ruwet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun