Minuman tradisional berbahan alami sejatinya baik untuk kesehatan, bila teratur mengonsumsinya. Di balik segala kebaikannya, penjualan jamu pada Sebagian praktiknya memiliki sisi gelap.
Seperti apa?
Katanya kini jamu menjadi tren. Jamu kekinian dengan pilihan minuman jahe latte, serai jeruk nipis, serai telang, empon-empon, dan sebagainya.
Dikemas dalam botol atau disajikan ala coffee shop. Diracik dengan teknik manual brew juga dibuat seperti mocktail.
Keren deh. Tidak ada kesan dan cita rasa bahwa jamu itu pahit, menurut yang sudah merasakan.
Saya belum pernah mencobanya, sehingga tidak bisa cerita banyak tentang jamu kekinian. Saya terbiasa minum jamu racikan tradisional dari bahan segar.
Almarhumah ibu saya kerap membuat jamu kunyit asam, jamu daun-daunan, pahitan, temu lawak, hingga beras kencur.
Sekarang lebih banyak membeli jamu semacam itu, daripada meracik sendiri. Paling banter meramu jahe atau kapulaga ke dalam kopi hitam.
Jadi, saya belum sempat menjajal jamu kekinian yang diseduh dengan cara-cara modern. Yang konon dapat dinikmati dalam suasana cozy di kafe.
Mungkin suatu saat saya akan mencobanya.
Dulu sempat punya langganan, beli dari Mbok Jamu Gendong.
Ia membawa racikan jamu dalam botol. Beras kencur, kunyit asam, pahitan, pereda batuk, cabe lempuyang, galian singset, sehat lelaki, dan lainnya.
Sayang sekali, beliau wafat ditabrak KRL. Jadilah sekarang saya jarang minum jamu.
Sesekali, kalau sempat, mampir ke warung tenda atau kios permanen penyedia aneka jamu seduh. Di tempat tersebut kita dapat memesan jamu diracik pakai telur (dengan pilihan telur ayam kampung atau telur bebek) dan minuman anggur kesehatan.
Nah, minuman anggur inilah yang kerap disalahgunakan oleh sementara orang.
Mereka membeli anggur yang disebut In**sa**, Ko**s**, Or**** t*a. Tidak di botol, tetapi dikemas dalam plastik bening.
Alkisah pembeli menuangkan minuman dalam plastik isi ke dalam gelas. Bersama teman-temannya menikmati minuman beralkohol di taman kota atau tempat mereka nongkrong
Menenggak minuman beralkohol lalu terbahak-bahak. Mulut mereka mengeluarkan bau naga ke dinginnya malam.
Jadi sebagian orang datang ke gerai jamu bukan menikmati ramuan menyehatkan, tetapi membeli minuman anggur yang memiliki kandungan alkohol.
Berapa persen? Saya belum tahu.
Katanya untuk menumbuhkan semangat dan menghangatkan badan.
Padahal kenyataannya mereka mabuk-mabukan. Tak jarang meresahkan warga sekitar.
Sementara pihak telah menyalahgunakan bahan pencampur jamu menjadi minuman keras.
Bahkan, terinformasi, ada segelintir penjual menyediakan minuman beralkohol jenis lain dengan berkedok jual jamu.
Pada toko atau warung semacam inilah aparat penegak hukum melakukan penertiban penjualan minuman keras. Berbotol-botol te;ah miras disita.
Mudah-mudahan aparat berwenang terus menerus menertibkan mereka. Harus menertibkan sisi gelap dari penjualan jamu, yaitu gerai yang mengedarkan miras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H