Tampaknya laris. Satu per satu pengendara sepeda motor dan mobil berhenti, membeli rata-rata dua kilogram. Kurang dari satu jam saya menghitung ada 10-12 pembeli.
Saat jeda, penjual jambu kristal yang bernama Danny ikut ngopi di sebelah saya, taklupa membawa sebuah jambu kristal. Ah, barangkali ia melihat wajah saya yang ngiler, tapi tidak membeli.
Seruput kopi. Berbual-bual. Makan potongan jambu kristal. Nikmat betul!
Jambu kristal (Psidium guajava) seukuran rata-rata jambu biji. Kulit berwarna hijau muda. Daging buah putih berbiji sedikit. Renyah, garing ketika digigit. Rasanya pun manis.
Pedagang rujak buah bumbu ulek kadang menggunakan jambu kristal sebagai salah satu isian, menggantikan jambu Bangkok.
Omong punya omong, dari usaha sewa mobil angkutan, Danny beralih ke usaha penjualan jambu kristal. Memanfaatkan mobil bak terbuka sebagai gerai dan ruang pamer.
Ia mengambil barang dagangan dari bandar di Kebumen.
Bukan berarti mengambil sendiri di kabupaten yang terletak di bagian selatan Jawa Tengah. Jambu kristal dari Kota Lawet (walet) dikirim melalui bus AKAP Kebumen -- Bogor, yang mengakhiri perjalanan di Terminal Bubulak Bogor.
Koneksitas membuat Danny memiliki akses untuk memesan jambu kristal hasil perkebunan Kebumen, lalu menjualnya di Bogor.
"Cuma memindahkan barang dari Kebumen ke Bogor. Ditambah ongkos dan keuntungan, jadilah harga jual," kata Danny seraya menunjuk ke spanduk terpasang.