Seketika asap putih membubung. Dengan cekatan pramusaji mengaduk campuran hingga rata, lalu tersenyum manis mempersilakan kami untuk menyantap hidangan yang ternyata boros nasi.
Seusai memindahkan seluruh isi piring (kecuali tulang gurame) ke perut, pandangan melahap hijauan di halaman belakang. Puas dengan itu, waktunya meminta bon pembelian.
Pramusaji menyerahkan bill. Saya menggantinya dengan lembaran merah.
Satu kerabat merenggut nota dan mengernyitkan dahi, "tertera angka 202, padahal meja ini tidak ada nomornya? Bagaimana bila tertukar dengan meja lain? Bagaimana mereka bisa tahu?"
Kembali saya meletakkan pantat, menjelaskan keadaan berdasar pengalaman kepada kerabat.
Begini gambaran kasarnya. Area pelayanan dipecah menjadi 4 bagian (section). Â
Lho kok tau?
Waktu datang melewati ruang kasir. Pada dindingnya terpasang label menunjukkan grup angka: 101-dst; 201-dst; 301-dst; 401-dst; VIP ("dst" singkatan dari "dan seterusnya").
Service area itu dibagi menjadi 4 section:
- Ruang makan depan dekat pintu masuk.
- Ruang makan samping.
- Ruang makan samping dengan level atau letak lantai lebih rendah.
- Saung lesehan.
- Ruang makan VIP.
Masing-masing ruang/tempat diberi kode dari 1 sampai 4. Saya duga ruang VIP memiliki penamaan sendiri, yaitu VIP. Angka 2 digit di belangkangnya adalah posisi meja.
Biasanya, penomoran dimulai dari depan bagian kanan. Tergantung juga kesepakatan.