Pada hari biasa minum obat sebelum dan sesudah sarapan. Begitu juga saat makan malam, sesudah dan sebelum menyantap makanan.
Di bulan Ramadan menggeser waktu minum obat. Menjadi sebelum dan sesudah makan sahur. Saat azan magrib, minum obat dan segelas air. Sesudah makan berat menelan obat lagi.
Rokok
Sekarang saya sudah berhenti merokok.Â
Saat masih menjadi perokok, saya drastis mengurangi konsumsi rokok selama Ramadan. Dua sampai tiga batang setelah berbuka puasa sambil ngopi. Sahur tidak membakarnya.
Rokok jadi awet. Biasanya habis satu dua bungkus sehari, namun di bulan Ramadan satu pak rokok kretek bertahan sampai tiga hari. Dulu.
Cukup Tidur
Ini perlu agar besoknya tidak merasa lelah, ngantuk, dan sulit berkonsentrasi.
Memang sedikit berkurang. Mulai menyentuh bantal pukul 20.30 hingga 21.00. Bangun jam 3 atau setengah empat. Tidak masalah, yang penting tidur berkualitas.
Olahraga Ringan
Dulu sewaktu masih muda saya berolahraga di lingkar luar Senayan (Gelora Bung Karno), sambil ngeceng (jual tampang) ke artis sedang jogging. Sehat jiwa sehat mata, asalkan tidak melihat dengan penuh nafsu. Ngeceng tanpa nafsu, piye jal?
Sekarang olahraga paling mudah dan murah adalah berjalan kaki. Selama bulan Ramadan, kegiatan pindah dari pagi ke sore hari sebelum senja tenggelam. Tidak lama.
Menahan Amarah
Nah ini yang penting. Menurut pengalaman, tidak mampu mengendalikan emosi lalu meledak menjadi amarah merupakan tindakan impulsif penguras energi. Badan jadi lemas.
Jika menuruti ajakan tidak benar, maka keadaan amarah dapat diikuti dengan keinginan untuk ngrokok, ngopi, ngemil gorengan, pesen mi instan rebus pakai telur dan sayur, dan seterusnya.