Berkaitan dengan ihwal tersebut, saya pernah berurusan dengan kegiatan branding. Kemudian acara itu saya sederhanakan menjadi dua aktivitas.
Masuk dalam Program TV
Tahun 2000-an saat mengelola sebuah semi-fine dining restaurant dan kafe, beberapa kali area pelayanan digunakan sebagai latar pengambilan gambar film. Terkadang shooting satu segmen program musik di televisi.
Untuk mendukung kegiatan, maka pihak restoran menyediakan properti hingga listrik. Properti berupa makanan minuman dan keadaan ruangan kafe otomatis masuk ke dalam frame. Kemudian ditonton oleh khalayak.
Bayar?
Umumnya tidak. Pengorbanan pihak pebisnis ditukar dengan kredit (penulisan nama restoran) pada tayangan dimaksud.
Sebelumnya memang ada kesepakatan antara pihak restoran dengan rumah produksi, tentang apa saja yang perlu disediakan dan kompensasinya.
Kegiatan berlangsung diusahakan tidak mengganggu pengunjung. Biasanya berproses sebelum waktu makan siang atau jam tanggung antara pukul 2-3 sore.
Satu sampai dua jam. Kalau memerlukan durasi lebih panjang, misalnya setengah hari atau lebih, ya dikenakan biaya sewa tempat. Kecuali untuk keperluan makan minum kru, properti demi kepentingan pengambilan gambar bisa disediakan gratis.
Setelah selesai pengambilan gambar, pihak rumah produksi merapikan ruangan sebagaimana semula. Selama beberapa kali digunakan sebagai shooting, tidak ada masalah luar biasa yang menimbulkan pertengkaran antara pihak rumah produksi dan restoran.
Diliput Media Online
Tahun 2017 ketika mendampingi  seorang kerabat yang merintis usaha kuliner, salah satu upaya promosi adalah dengan membuat liputan. Lha bikin iklan belum terpikirkan oleh dompet!
Saya menghubungi pihak media online lokal (hanya meliput produk setempat) yang direkomendasikan oleh seorang penggiat medsos. Diskusi pun dilakukan via medsos berlanjut dengan pembicaraan per-telepon. Berakhir dengan kesepakatan dan penentuan waktu.