Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Makna Ramadan Menurut Pembabakan Kehidupan

1 April 2023   09:07 Diperbarui: 1 April 2023   09:10 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ramadan oleh Thirdman dari Pexels

Perintah berpuasa bagi muslim dan muslimah sudah jelas. Dalil-dalil mengenai puasa dan tatacara pelaksanaan tentu sudah banyak dibahas. Terhampar beragam penjelasan ahli tentang makna puasa bagi kesehatan lahir batin.

Saya tidak hendak menulis ulang  keterangan-keterangan tersebut atau membuat kompilasi. Oleh karena itu saya membuat sketsa: makna Ramadan menurut perjalanan usia.

Dasar gagasan semata-mata berasal dari pengalaman sendiri. Digali dari ingatan yang sudah mulai rapuh, kendati belum runtuh.

Masa Kecil

Tiada satupun makna puasa yang melekat di kepala. Dunia saat itu adalah bermain. Puasa merupakan keharusan yang digariskan oleh orang dewasa.

Pada hari masih gelap makan dengan mata berat. Siang perut keroncongan. Ada saja upaya mencari cara-cara untuk mengatasinya tanpa ketahuan, kendati sering gagal.

Namun demikian, Ramadan menjadi bulan yang menyenangkan. Menyediakan banyak waktu bermain sehingga lapar dan haus tidak terasa.

Masa Remaja hingga Kuliah

Mulai memahami bahwa puasa Ramadan merupakan kewajiban. Namun perasaan lapar dan haus tetap menghantui.

Bagusnya banyak kegiatan untuk menghabiskan hari. Sepedaan ala BMX (yang asli gak kebeli), jalan bersama teman menyusuri tepian sungai, main perang-perangan, ikut pengajian bersama di langgar, dan sebagainya. Belum ada gim komputer apalagi di hape.

Ramadan pada usia remaja juga membawa kepada kegiatan menonton balap liar selesai tarawih. Atau sengaja menyaksikan mobil keren bolak-balik balik memamerkan diri di jalanan kota.

Seiring dengan beranjaknya usia, kegiatan subuh dan tarawih bukan lagi menjadi ajang bermain. Lebih tekun memahami ajaran keagamaan. Kegiatan minta tanda tangan pengkhotbah seusai ceramah, seingat saya, masih ada sampai SMA.

Di usia remaja itu bulan Ramadan menjadi sangat indah. Betapa tidak, pada waktu subuh dan tarawih gadis-gadis baru berkembang tampak indah. Lebih indah dipandang mata dibanding pada hari biasa.

Saat kuliah puasa sendiri. Sahur dan berbuka bersama pembeli yang tidak saling mengenal, di warung nasi atau rumah makan Padang kelas mahasiswa. Maklum anak kos. Makna puasa sebagai kewajiban kian kuat.

Ramadan pada masa itu menjadi bulan mencari identitas dan belajar mandiri jauh dari orangtua.

Masa Dewasa - Sudah Bekerja

Ramadan pada periode awal bekerja juga sendiri. Makan sahur pun buka puasa di warung sekitar tempat kos. Mandiri, memenuhi kebutuhan sendiri.

Setelah mampu membeli rice cooker dan peralatan minimal, barulah bisa memasak. Ibu kos menyediakan kompor. Bahan bakar beli sendiri (saya lupa, apakah saat itu sudah pakai gas atau belum). Hasil masakan dimakan bertiga bersama teman kos.

Ada kesempatan perbaikan gizi pada acara buka bersama, yang diadakan oleh kantor atau kelompok teman. Di situlah bersemi kebahagiaan, ketika bisa mengajak pergi dan mengantar pulang gadis yang sedang dikeker.

Bulan Ramadan dalam periode ini menyediakan ruang untuk mandiri, merasakan keindahan cinta, dan merintis keluarga sendiri.

Masa Dewasa - Berwirausaha

Di rentang waktu ini makna Ramadan menjadi berkurang. Bisa jadi dalam banyak hal saya tidak mendapatkan pahala berpuasa, selain lapar dan haus.

Sahur dan berbuka dalam beberapa kesempatan bisa bersama keluarga. Sekian kali bukber dengan kerabat atau sahabat. Sisanya adalah makan sahur dan buka puasa di proyek atau dalam perjalanan. 

Kegiatan proyek dalam waktu berimpitan membawa saya kepada situasi tidak mudah. Ujian yang mengikis pahala berpuasa adalah ketika berada di proyek. Panas, debu, lelah, perkara tidak mampu menahan amarah, dan perbuatan tercela semisal menyuap pejabat pengadaan, merupakan rintangan yang gagal saya lewati.

Dalam rentang waktu ini Ramadan bermakna sebagai bulan perjuangan melawan hawa nafsu, yang penuh risiko gagal memperoleh keutamaan berpuasa.

Masa Sangat Dewasa

Saya tidak menyebutnya masa senja atau usia sudah menua. Tidak. Saya menolak tua bukan berarti mengingkari ketentuan alamiah, tetapi rasa-rasanya masih ada semangat membara di dalam diri. Saya takingin menyurutkan energi itu, sampai kelak segalanya diambil.

Tiba di masa ini semua hiruk-pikuk mendadak reda. Sepi bersama menghilangnya teman-teman seprofesi. Bukan salah mereka yang sangat sibuk dengan proyek-proyek. Doakan saja, moga-moga mereka sukses.

Panas, lapar, haus tetap terasa di bulan Ramadan. Namun saya tidak berada lagi di lingkungan berdebu yang tergesa-gesa, memancing amarah, dan memberikan ruang melakukan kecurangan-kecurangan.

Kini saya --mudah-mudahan saja-- dimampukan melakukan puasa lahiriyah maupun bathiniyah (meminjam istilah dari sini). Cakap menahan hawa nafsu, memelihara kesabaran, tidak berkata palsu, serta meninggalkan perilaku keji dan mungkar.

Ramadan kali ini merupakan bulan penuh harapan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Bonus diangankan adalah peningkatan takwa, diberi petunjuk atas segala persoalan, dan dikabulkan doa.

Penutup

Demikian makna Ramadan versi saya berdasarkan pembabakan kehidupan sendiri.

Pelajaran yang dapat ditarik, jangan menunggu sampai berusia banyak --apalagi dalam keadaan tidak berdaya-- baru melaksanakan kewajiban puasa Ramadan sesuai rukun, syarat sahnya, dan segala ketentuan yang dapat menambah pahala.

Lakukan ibadah puasa selagi dalam usia muda dan sehat. Agar segera mengetahui nikmatnya makna Ramadan sebagai bulan penuh hikmah dan ampunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun