Lain waktu, ketika menduduki jok belakang berlapis kulit nan empuk sedan buatan Jerman, di satu daerah terpencil serta sangat terasing, Gupenur memerintah sopir agar menepikan kendaraan.
Mengajak asisten pribadinya, "aku mau ke belakang pohon. Mau ikut?"
Sang wanita gelagapan, "...ba ... bagian.. mana merupakan belakang pohon?"
"Bodoh kamu! Belakang pohon adalah tempat kita buang air kecil."
Wanita muda itu menggaruk kepala tidak gatal.
Gupenur menarik resleting. Kacamata hitam menyapu lapangan tempat jin buang anak yang sama sekali tidak strategis itu.Â
"Kita ekspansi. Beli kawasan ini! Mulai besok bangun cabang di sini! Kalau sudah siap, pindahkan sebagian pegawai ke kantor baru!"
Muka asisten pribadi dan sopir serta-merta pucat.
Banyak lagi kebijakan janggal dibuat. Akan menjadi daftar panjang bila dituliskan di sini.
Celakanya, tiap-tiap kebijakan aneh tersebut -suka tidak suka, mau tidak mau- para manajer dan pegawai, pokoknya semua anak buah tanpa kecuali, harus mematuhi kebijakan dibuat.
Gerutu, sanggahan, penolakan, hingga pembangkangan hanya menghasilkan satu jalan keluar, yaitu surat pemecatan. Oleh karena itu tiada satu jua manajer, pegawai, dan anak buah tanpa kecuali tidak menerapkan kebijakan.