Dari dulu anak-anak menyukai penganan mengandung gula. Kini muncul kekhawatiran. Kembang gula, camilan berselaput cokelat, dan minuman manis kian mudah dijangkau.
Anak-anak SD Kota Malang tahun 1970-an mestinya pernah menjajal jajanan ini.
Tebu kupas untuk bahan gula dipotong kira-kira 7 sentimeter, lalu ditusuk biting bambu bercabang-cabang. Juga, satu lembar roti tawar dikucuri cairan gula berwarna merah cerah mencetak pola tertentu. Atau gulali dengan bentuk menarik. Jangan lupakan, es batu diserut lalu disiram sirop frambozen.
Mungkin masih ada jenis penganan manis lainnya. Saya agak kesulitan mengingatnya.
Namun saya percaya, ragamnya tidak sebanyak makanan manis pada zaman kini. Anak sekarang punya banyak pilihan, selain cukup uang jajan.
Bila saya ke warung kelontong di sekitar rumah, pada bagian paling depan dipajang stoples isi aneka kembang gula. Di atas etalase terletak berjenis-jenis penganan manis, dari wafer hingga stik berselaput cokelat. Mudah diraih.
Belum lagi bermacam minuman manis di lemari pendingin. Ditambah pula bubuk jus dalam kemasan saset.
Harganya pun berada dalam jangkauan uang jajan anak-anak. Makanan minuman manis menjadi buruan favorit.Â
Sebuah penelitian tahun 2018 mengatakan, dua pertiga anak berusia 5-19 tahun dalam sehari menyeruput satu atau lebih minuman manis.