Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rencana Gagal, tapi Kemudian Menemukan Salad Enak

31 Januari 2023   19:59 Diperbarui: 31 Januari 2023   20:39 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana vaksinasi gagal. Pulang dengan tangan hampa. Melalui jalan lain menyusuri gang. Ternyata malah makan olahan aneka sayur mentah dibumbui saus kacang yang enak.

Situs web Dinas Kesehatan Kota Bogor menuturkan, vaksin Covid-19 booster kedua bagi masyarakat umum  diberikan mulai tanggal 24 Januari 2023. Vaksinasi bagi warga berusia lebih dari 18 tahun  dilayani di fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau pos pelayanan vaksinasi COVID-19 (sumber).

Menuju Puskesmas

Mumpung masih pagi, sekalian berolahraga, puskesmas berjarak 1 kilometer enaknya ditempuh dengan berjalan kaki. Melewati kondisi trotoar beragam.

Berjalan melewati trotoar (dokumen pribadi)
Berjalan melewati trotoar (dokumen pribadi)

Satu jalur memakai konblok. Bagian lain menggunakan batu alam dengan pemandu untuk penyandang disabilitas. Kadang guiding block ini terpotong menabrak pohon. Sesekali berbelok patah sudut 90 derajat.

Dua puluh menit kemudian tiba. Kepada petugas di puskesmas saya bertanya, di mana antrean vaksin? Satpam menjawab, vaksin booster kedua belum datang. Beuh...!

Sampai puskesmas ternyata vaksinasi belum ada (dokumen pribadi)
Sampai puskesmas ternyata vaksinasi belum ada (dokumen pribadi)

Menyusuri Gang

Ya sudah. Gagal ikut program vaksin booster, balik badan. Agar tidak terasa capek, maka rute pulang dibuat berbeda. Tidak lagi melalui tepian jalan besar, tapi menyusuri gang. Menikmati suasana sejuk di balik teduhnya hunian berimpitan. 

Suasana teduh dalam gang (dokumen pribadi)
Suasana teduh dalam gang (dokumen pribadi)
Selama perjalanan, melihat: tukang sayur, penjaja lauk matang lima ribuan, penjual es. Termasuk penjual getuk, dodongkal, kue ali, brondong manis)*. Beberapa warga juga membuka warung kelontong atau menjual makanan.

Penjual getuk, dodongkal, kue ali, brondong manis (dokumen pribadi)
Penjual getuk, dodongkal, kue ali, brondong manis (dokumen pribadi)
Saya menghentikan pedagang yang menjajakan buah. Anggur, pisang, apel, semangka potong, belimbing, lengkeng, anggur, dan buah naga sudah dikemas. Tiap-tiap dihargai sepuluh ribu rupiah, kecuali buah naga Rp15.000,00 per bungkus.

Penjual buah kemasan (dokumen pribadi)
Penjual buah kemasan (dokumen pribadi)
Ke dalam tas kain saya masukkan masing-masing sebungkus anggur dan apel, ditukar dengan selembar uang dua puluh ribu rupiah.

Pedagang buah membawa 60 bungkus buah milik pemodal. Ia memperoleh komisi sebesar Rp2.000,00 dari setiap penjualan. 

Apabila seluruh barang habis, maka ia akan memperoleh pendapatan kotor senilai Rp120.000,00 pada akhir hari. Sangat lumayan, daripada menghabiskan waktu seharian dengan termenung meratapi nasib.

Ngopi dan Pesan Makanan

Pada sebuah warung sederhana saya melepas lelah. Memesan kopi tubruk.

Sementara menunggu, saya menyempatkan diri membaca koran. Lama juga ya tidak membentangkan surat kabar cetak!

Ngopi dan membaca koran (dokumen pribadi)
Ngopi dan membaca koran (dokumen pribadi)

Warung tampak belum ada pembeli, meski jarum pendek melewati angka sepuluh.

"Si mas adalah pembeli pertama," ujar ibu yang menunggu warung.

Saya minta dibuatkan rujak buah dengan pedas sedang. Dibungkus. Sigap si ibu mengulek gula merah dan bumbu lainnya serta mengiris bengkuang, mentimun, nanas, mangga muda, ubi mentah.

Gelas telah menyisakan ampas. Sepertinya enak makan penganan di luar waktu makan.

Kembali ibu warung mengulek kacang, sedikit gula merah, kencur, dan bumbu lain yang tidak terlihat. Ke dalam saus yang sudah halus ia memasukkan irisan kacang panjang, mentimun, kubis, terong bulat. Terakhir, taoge dan daun kemangi. Semuanya sayuran segar.

Campuran sayur mentah dengan saus kacang yang berbeda dengan pecel dan gado-gado umumnya. Rasa kencur dalam saus demikian menonjol. Ditambah ada nuansa gurih di antara rasa sedikit manis.

Selain menggunakan cukup kencur, ternyata ibu warung menambahkan bawang merah dan putih digoreng. Bukan sekadar ditaburkan.

Pantas lidah demikian menikmati. Beda dengan karedok yang sebelumnya pernah saya jajal. Lain waktu boleh juga mampir lagi. Membeli karedok, yaitu a mixture of uncooked vegetables salad served with a traditional peanut sauce. Salad khas daerah Jawa Barat.

Total harga rujak buah dan karedok adalah Rp20.000,00.

Hari itu vaksinasi booster kedua memang gagal, namun saya tidak perlu kesal atau merasa kecewa.

Di balik waktu hilang ternyata ada momen menyenangkan yang bisa dinikmati. Bahkan saya menemukan tempat di mana dijual kudapan enak. Karedok alias salad khas Jawa Barat yang enak.

Mau coba?

)* Getuk adalah penganan dari singkong; Dodongkal, kue terbuat dari tepung beras ditambah gula aren lalu dikukus, dimakan dengan kelapa parut; Kue ali (cincin) berbentuk seperti donat terbuat dari tepung beras campur gula aren lalu digoreng; Brondong manis terbuat dari jagung yang dipanaskan sehingga mekar, lalu dibalut gula karamel dan dipotong kotak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun