Dengan suara berat dan berwibawa, Mas Bambang menyampaikan beberapa hal yang masih saya ingat:
Menerima Keadaan
Dengan apa adanya menerima keadaan yang tidak mungkin dikendalikan. Memaklumi bahwa negara Indonesia dilalui oleh dua musim, hujan dan kemarau.
Beradaptasi
Menyesuaikan diri dengan keadaan yang given. Apabila cuaca sangat dingin, ciptakan sesuatu yang dapat menghangatkan (pakai mantel dan sebagainya). Demikian sebaliknya.
Berlaku Optimis
Atau berpikir positif. Mengeluh atau berpikir negatif akan mengundang rasa panas dan dingin lebih dekat.
Bersyukur
Bersyukur dengan menikmati keadaan. Berterima-kasih kepada semesta yang telah menghadirkan keadaan. Dengan itu sadar tidak sadar muncul di dalam hati rasa adem ketika keadaan panas, rasa hangat saat dingin.
Melakukan Perubahan Dalam Diri
Melakukan perubahan yang mungkin terkesan sepele. Seperti tidak merokok di angkutan umum agar udara milik bersama tidak bertambah sumpek.
Atau tidak membuang sampah sembarangan yang dapat mengganggu kebersihan, kesehatan, dan keindahan. Tidak memicu kekesalan orang lain. Bisa jadi akumulasi membuang sampah sembarangan itu berdampak kepada pemanasan global.
Begitu penjelasan Mas Bambang. Bisa jadi keterangan di atas tidak utuh disampaikan dalam artikel ini. Namun makna saran itu saya lakukan dalam menyiasati keadaan.
Jadi, takperlu mengeluh panjang lebar setiap ada keadaan yang tidak disukai. Memaksimalkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Ia ada di dalam diri.
Mengeluh berkepanjangan tidak bakal mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H