Kalau dingin, ya memakai baju hangat. Menutup jendela agar tidak berangin. Dan banyak hal lain yang bisa dilakukan demi menangkal udara bersuhu rendah.
Jika udara di dalam rumah terasa panas, kipas-kipas mengusirnya. Bisa pakai alat, dari mulai kipas anyaman bambu hingga baling-baling pengatur hawa (AC).
Itu jika menggunakan alat bantu mengatasi udara dingin atau panas. Berupaya menemukan solusi. Bukan mengeluh menyalahkan cuaca.
Mengeluh tidak menyelesaikan persoalan. Tidak mengubah keadaan.
Satu ketika yang sangat lama. Bersama seorang sahabat bernama Bambang Suyoto (alm), saya menumpang bus kota rute Ciputat -- Blok M, Jakarta. Bus menggunakan AJ alias angin jendela.
Udara dalam bus demikian pengap dan panas. Pakaian bagian punggung basah. Ketek menebarkan aroma aduhai.
Di kemacetan jalan saya duduk dengan gelisah. Tangan mengipas agar udara dari jendela terbuka lebar menyentuh wajah. Debu halus ikut masuk bersama hawa panas.Â
Mulailah keluhan demi keluhan meluncur dari bibir asin.
"Duh, panas banget. Gak kuat. Kapan nyampenya?...," dan seterusnya dan seterusnya. Namun demikian udara tetap panas.
Mas Bambang tetap tenang. Wajah sejuknya memancarkan kedamaian. Sama sekali tidak muncul kesan tersiksa. Sepertinya udara panas di dalam bus tidak berpengaruh.
Apa rahasianya?