Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Asyiknya Mengunjungi Kampung Labirin Jelang Imlek

21 Januari 2023   21:58 Diperbarui: 22 Januari 2023   17:32 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura kampung Labirin (dokumen pribadi)

Warga tersenyum ramah. Saya kira mereka sudah terbiasa, atau terlatih, menerima kunjungan wisatawan yang sengaja datang untuk menyesatkan diri di gang meliuk-liuk.

Kolase satu dinding dengan mural dan gang di kampung Labirin (dokumen pribadi)
Kolase satu dinding dengan mural dan gang di kampung Labirin (dokumen pribadi)

Menurut cerita, belokan dan gang yang telah dipercantik dikemas dalam bentuk festival pada waktu tertentu. Ada pertunjukan kesenian, wisata kuliner, dan pemandangan sungai Ciliwung (sumber).

Kolase sungai Ciliwung dan jembatan hijau (dokumen pribadi)
Kolase sungai Ciliwung dan jembatan hijau (dokumen pribadi)

Kali ini saya kurang beruntung. Tidak ada festival atau pertunjukan kesenian. Tidak ada pengalaman sangat istimewa tentang wisata kuliner. Saya menemukan gorengan, mi ayam, bakso Bogor, rujak buah, karedok, pecel.

Satu lapak jajanan di kampung Labirin (dokumen pribadi)
Satu lapak jajanan di kampung Labirin (dokumen pribadi)

Ragam kuliner yang kurang lebih sama di gang biasanya saya jelajahi dekat rumah. Suasananya pun serupa. Saya percaya, kehidupan sosial ekonomi umumnya tidak jauh berbeda.

Namun ada kelebihan kampung Labirin. Lingkungannya lebih berwarna dan hijau. Tiap-tiap rumah sudah dipercantik, setidaknya dengan cat menarik. Pada beberapa bagian dari gang dihiasi oleh tanaman.

Keunikan lainnya, sebagian warga merupakan kelompok keturunan yang hidup berdampingan secara damai. Tinggal bersama dalam satu area permukiman. Kehidupan bertoleransi yang luar biasa.

Akhirnya, satu jam sebelum waktu lohor, saya keluar dari kampung Labirin. Menyusuri gang lain menuju Pasar Bogor. Berjarak kira-kira 1 kilometer, pusat perdagangan dekat klenteng itu mestinya terdapat beragam pilihan makanan.

Ya, benar! Tenggorokan kering. Perut mulai dangdutan. Maka es pala dan makanan warung Sunda menjadi sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun