Tunggu dulu! Di baris bawah kertas merah muda terbaca: trigliserida 218 mg/dl. Naik dari sebelumnya 208 mg/dl dengan batas kadar tinggi 150 mg/dl.Â
Sudah tinggi, kadar naik pula. Salah makan apa?
Katanya, kondisi trigliserida melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Dapat memicu serangan penyakit fatal lainnya.
Entah ada hubungannya atau tidak, saat kandungan trigliserida tinggi, maka saya merasa pegal di sekitar bahu hingga leher bagian kiri kanan.
Terinformasi, trigliserida tinggi disebabkan antara lain: mengonsumsi makanan berlemak, makan karbohidrat berlebihan (meningkatkan gula), minum minuman beralkohol, merokok, jarang berolahraga (lemak menumpuk).
Trigliserida naik, padahal saya sudah menerapkan hal sebagai berikut:
- Tidak merokok pun mengonsumsi minuman beralkohol.
- Makan nasi yang dimasak dari beras putih dicampur beras merah (lain kali murni beras merah saja, ya?).
- Olahraga jalan kaki, tapi belum bisa lebih dari itu.
- Makan buah dan sayur. Mungkin berikutnya dibuat lebih dominan.
- Menghindari makanan dari tepung (roti, kue, jajanan), tinggi gula, dan mengandung lemak jenuh (daging, susu dan produk olahannya, yang berminyak).
- Tidur cukup.
- Minum obat dokter.
Bisa jadi saya kurang keras terhadap diri sendiri, agar disiplin menjauhi keadaan yang memicu kadar trigliserida naik dan makin tinggi. Hasil pemeriksaan laboratorium adalah bukti.
Mau tidak mau saya harus mengakui: ketidak-tertiban dalam pola makan sehat memicu kadar trigliserida tinggi dan makin naik.
Atau, patut diduga, onderdil di dalam tubuh sudah aus dan mengalami kerusakan. Tidak mampu memroses makanan secara sempurna.
Kayak ruang bakar mesin motor berkerak. Mbrebet, knalpot meledak-ledak mengeluarkan asap putih tidak mampu berlari kencang.
Kayaknya mesti dilem biru. Duh....
Penjelasan lengkap tentang trigliserida di sini.