Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ini Alternatif Usaha Setelah PHK

20 Oktober 2022   20:08 Diperbarui: 23 Oktober 2022   15:05 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kena PHK (Sumber: Freepik)

Sebuah kedai di ujung jembatan menjadi tujuan beristirahat. Tentu saja sambil ngopi. Sesekali minum kopi, asalkan tidak terlalu sering.

Dua orang pengunjung warung berbincang tentang usaha mencari kerja. 

Sebelumnya mereka bekerja di pabrik yang sama. Bernasib sama pula, yakni mengalami PHK dari bagian produksi sebuah Perusahaan Penanaman Modal Asing.

Kebuntuan memperoleh pekerjaan membuat dua orang itu bersepakat untuk menjalankan usaha. 

Pertanyaannya, bisnis apa?

Maka saya pun ikut nimbrung dalam pembicaraan. Berkisah tentang pengalaman menjalankan usaha kuliner, sebagaimana tergambar di bawah ini. Tentu dengan gaya tutur ngalor-ngidul.

Sedang ngopi (dokumen pribadi)
Sedang ngopi (dokumen pribadi)

***

Ekonom terkemuka Nouriel Roubini menyebutkan, dunia sedang memasuki era krisis stagflasi hebat yang belum pernah ada sebelumnya. Dana Moneter Internasional (IMF) menegaskan, ekonomi global 'gelap' dalam tahun-tahun mendatang. 

Peringatan serupa disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga Gubernur Bank Indonesia (sumber).

Menurut para ekonom: resesi! Inflasi melonjak, pertumbuhan ekonomi menurun, pengangguran meningkat. Berdampak juga pada penurunan daya beli masyarakat.

Dampak resesi lebih luas dibandingkan krisis ekonomi yang ditandai dengan menurunnya beberapa indikator ekonomi. Misalnya seperti krisis moneter tahun 1998.

Krisis finansial itu menyebabkan banyak perusahaan tutup. Meningkatkan jumlah pekerja menganggur (sumber).

Demikian pula dengan perusahaan tempat saya bekerja. Kesulitan keuangan waktu itu membuat perusahaan tersebut tiarap. Pekerja menganggur.

Ilustrasi usaha kuliner (dokumen pribadi)
Ilustrasi usaha kuliner (dokumen pribadi)

Taklama kemudian saya terjun dalam usaha kuliner. Awalnya menjual pisang cokelat di atas mobil. Berikutnya, satu selebriti mengajak untuk berjualan di lokasi tetap.

Saat itu, setahu saya, di Jakarta Selatan marak pendirian kafe tenda. Antara lain di kawasan Semanggi, wilayah Kebayoran Baru, lapangan parkir timur Senayan. Mungkin juga tersebar di daerah-daerah lainnya.

Lapangan parkir timur Senayan menjadi pilihan menimbang, salah satunya, harga sewa tempat. Bertahan di lokasi tersebut sampai dengan mendapatkan penghasilan tetap pada perusahaan lain.

Kafe tenda jangan dianggap seperti rumah makan dengan pengelolaan rumit dan modal besar. Tidak begitu.

Ia adalah bangunan non-permanen ukuran 3x4 meter persegi. Berdiri di atas tanah kosong yang sewaktu-waktu dapat digusur oleh pihak pengelola stadion Senayan (sekarang Gelora Bung Karno).

Tanpa secuil pengalaman saya mendirikan kafe tenda dengan konsep kedai kopi. Menjual beragam kopi dan minuman non-kopi serta makanan pengganjal (pisang cokelat, mi rebus-goreng, nasi goreng).

Lumayan. Bisa ikut makan. Bisa menyambung hidup sampai dengan memperoleh pekerjaan tetap di bidang usaha kuliner juga.

Pengalaman mendirikan dan menjalankan usaha skala kecil itu, meletakkan dasar pengetahuan tentang bisnis kuliner. 

Pemahaman otodidak yang kemudian mengantarkan saya ke usaha kuliner lebih serius, lebih besar pada tahun-tahun berikutnya.

Maka, dalam rangka mendirikan lalu mengoperasikan bisnis kuliner agar mempertimbangkan soal-soal sebagai berikut.

Konsep

  • Merancang apa yang akan diproduksi dan dijual. Semakin beragam, semakin kompleks pula tata kelolanya.
  • Menentukan sasaran pembeli. Menjual produk bagi mereka yang hendak menuntaskan lapar, akan berbeda dengan pembeli yang menghendaki kenyamanan nongkrong.
  • Meskipun tidak dilarang melakukan modifikasi, usahakan agar konsep tidak berubah-ubah dalam waktu cepat.
  • Konsep bisa dibuat jauh-jauh hari dengan cermat. Bukan sekadar mengikuti tren.

Karakter Personil

  • Memiliki jiwa melayani. Karena bisnis kuliner berkaitan dengan manusia, bukan benda mati.
  • Menentukan personil tepat dalam proses produksi dan pelayanan kepada pembeli. Bentuk paling simpel, semuanya dikerjakan sendiri dengan bantuan keluarga.
  • Apabila memperkerjakan orang lain, pastikan ia memiliki kemampuan cukup dan menyepakati soal upah.

Lokasi dan Legalitas

  • Pemilihan tempat berpengaruh terhadap uang dikeluarkan di muka. Menggunakan tempat sendiri dengan menyewa tempat akan menghasilkan konsekuensi berbeda.
  • Jika menyewa, nilai sewa lokasi strategis dengan tidak akan berbeda. Jika memiliki keleluasaan, pilih tempat yang memiliki potensi pengunjung paling banyak. Contohnya, dekat sekolah, terminal, perkantoran.
  • Pada saat sekarang, lokasi tidak/kurang strategis dapat disiasati dengan penjualan dan pemasaran secara daring.
  • Buat titik usaha pada Google Map.
  • Usahakan berjualan makanan minuman di lokasi tersebut telah memenuhi izin lingkungan. Jika diperlukan, mengurus legalitas usaha yang lebih lengkap.

Modal dan Proyeksi Keuangan

  • Gambaran di atas digunakan dalam perhitungan uang dibutuhkan untuk investasi dan modal kerja. Harga-harga bisa diperoleh dari hasil survei, masukan teman, atau berselancar di Google.
  • Proyeksi keuangan merupakan bayangan, berapa lama usaha menghasilkan keuntungan. Juga bisa memperkirakan kapan modal kembali atau ditambah. Cara-cara memperoleh modal akan diterangkan kemudian.

Menghitung Selera

  • Sebaiknya menyajikan makanan minuman setelah menghitung selera umum para pembeli. 
  • Bukan menjual menu favorit sendiri yang sulit diterima lidah orang banyak di satu daerah.
  • Akan lebih baik apabila produk dijual disukai oleh banyak orang.
  • Jangan sungkan melakukan penyesuaian agar produk diterima oleh selera banyak pembeli.
  • Bisnis kuliner adalah bisnis selera yang tidak gampang diperkirakan.

Make a Difference

  • Membentuk satu ciri yang tidak mudah ditemui padanannya di penjual serupa. Umpama, pada suatu wilayah terdapat beberapa penjual ayam goreng, tapi di satu gerai dengan penjualan paling menonjol, pelanggan menilai rasa/tampilan sambalnya yang khas.
  • Perbedaan itu tidak hanya pada rasa produk. Namun didapat dari segi tempat, suasana sekitar, pelayanan, harga, penyajian akrobatik, dan seterusnya.
  • Make a difference dibuat agar pembeli ingin berbelanja kembali.

Siap Mental

  • Butuh waktu untuk mendapatkan keuntungan, sehingga pelaku usaha kuliner mesti siap menghadapi mental ketika sepi pengunjung. Pun kala keadaan ramai pembeli yang cenderung menghadirkan godaan mengubah mutu atau harga.
  • Butuh kesabaran dan keuletan sampai usaha kuliner membuahkan hasil. Keberhasilan tergantung beragam situasi.
  • Konsisten dengan konsep telah ditetapkan, kendati muncul godaan untuk mengubahnya sebelum benar-benar teruji.

Berdoa

Di atas semuanya, memohon kepada Yang Maha Pemberi Rezeki agar usaha dilancarkan dan dilimpahkan keuntungan halal.

Jadi, bisnis kuliner merupakan satu alternatif di antara beragam pilihan usaha, jika terkena dampak krisis ekonomi juga resesi di masa depan. Misalnya, mengalami PHK dari perusahaan tempat bekerja.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun