Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lapar dan Sambal Lalap Bikin Lahap

17 Oktober 2022   05:59 Diperbarui: 17 Oktober 2022   06:33 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal cobek dan lalap daun poh-pohan (dokumen pribadi)

Meskipun berada di gang yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor dan pejalan kaki, lokasinya lumayan strategis. Warung nasi berada di pesisir jalur lintasan dan berada 100-150 meter dari SD Panaragan. Sebuah pasar potensial. Dapat diduga, ibu-ibu pengantar anak dan para pelintas merupakan pembeli.

Spanduk warung nasi (dokumen pribadi)
Spanduk warung nasi (dokumen pribadi)
Pilihan masakan beragam, dari ikan cue (pindang), aneka masakan ikan goreng dan pesmol, ayam goreng, tahu balado, tumisan, dan lainnya. Ditambah sambal di cobek dan lalap sayur mentah, seperti daun poh-pohan dan terong bulat.

Poh-pohan berbentuk mirip daun sirih, tapi dengan gurat-gurat tulang lebih tegas yang enak dimakan mentah. Saya belum pernah mendengar, daun ini diolah selain dilalap.

Rasanya menyegarkan, tidak langu, dan tidak ada bau aneh-aneh yang tajam. Konon, mengonsumsi daun yang tumbuh di daerah pegunungan itu berkhasiat menguatkan paru-paru. Melegakan pernapasan, kecuali napas tertahan tekanan hidup.

Setelah gagal mengangkat sisa empat atau lima butir nasi di piring, saya mencuci tangan dari pancuran. Berbincang sejenak hendak membayar ongkos kenikmatan. "Lima belas ribu," kata si Teteh.

Wanita usia 40-an itu dua kali tergusur sampai akhirnya menyewa tempat di tepi kali Cidepit. Dekat dengan tempat tinggalnya.

Pertama, terusir dari emperan depan stasiun Bogor yang semrawut, seiring dengan pembenahan tempat perhentian kereta tersebut. Kedua, dari stasiun pindah ke pinggiran Taman Topi. Pembangunan alun-alun kota membuatnya tergusur sekali lagi dari tempat berjualan liar tersebut.

Di kios tepi kali Cidepit itulah si Teteh melanjutkan usaha. Memang tidak sebesar dulu dengan sejumlah pegawai.

“Sekarang mengerjakan sendiri?”

“Ya,” si Teteh sambil bersenandung, “masak masak sendiri, makan makan sendiri, nyuci nyuci sendiri, tidur tidur sendiri pula.”

Maksudnya apa coba? Segera saya bangkit. meneruskan perjalanan pulang. Berangan-angan satu ketika, entah lusa atau kapan, kembali lagi ke warung tepi kali Cidepit mencoba lauk lainnya. Sambal dan lalapnya menggoda. Bikin kangen!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun