Celaka! Terbayang, bulan-bulan sebelumnya saya melanggar pantangan. Beberapa kali makan gorengan, penganan berbasis terigu, nasi putih, daging merah. Berarti sebelum tiba waktunya cek darah, mesti disiplin ketat melaksanakan diet.
Kemudian saya menyampaikan bundel medical record kepada perawat. Melanjutkan perjalanan ke kasir lalu menyerahkan resep ke instalasi obat RSUD. Memperoleh nomor antrean 195, sementara layar monitor menunjukkan angka 110.
Melintas satu gagasan agar meninggalkan antrean dan mengambil obat pada sore hari atau besok paginya. Namun berhubung waktu yang saya miliki amatlah melimpah, maka keputusan terakhir adalah menunggu giliran saja.
Di RSUD terdapat masjid. Di sebelahnya tersedia kantin dengan aneka masakan. Satu pegawai rumah sakit juga menjual jajanan, dari gorengan, bubur kacang hijau, es buah, sampai nasi goreng dalam kotak. Di luar pun terdapat beragam pilihan makanan.
Jadi tidak ada masalah dengan menunaikan ibadah wajib tepat waktunya dan cara mengisi perut.
Persoalannya, waktu tunggu giliran yang entah sampai kapan akan diisi dengan kegiatan apa? Makan? Tidur? Melamun?
Membaca
Bagusnya kuota internet masih tersisa, sehingga waktu longgar dimanfaatkan dengan membaca berita online.
Membaca dapat menyegarkan pikiran dengan berbagai informasi, selain membunuh waktu.
Menulis
Inspirasi menulis muncul saat membaca, juga ketika mengamati orang menunggu dan berlalu-lalang. Ada saja hal-hal menarik untuk dituliskan.
Bisa hanya menggoreskan gagasan untuk kemudian dilanjutkan di rumah. Bisa juga membuat karya tulis layak tayang di ruang publik.
Berbincang
Ada saja sesama pasien atau keluarganya yang mengajak ngobrol. Tentang penyakit. Mengenai upaya pengobatan, secara medis maupun dengan alternatif, dan apa saja. Atau juga berbincang di kantin.