Kira-kira begitu yang berhasil saya ingat. Naik kereta api sesungguhnya atau disebut kereta kluthuk merupakan pengalaman tidak terlupakan.
Gerbong Ekonomi tanpa AC
Ada masanya di mana untuk memesan tiket KA perlu antre panjang. Sampai di loket, tiket ternyata habis. Ajaibnya, karcis tersedia di tangan para calo.
Para calo?Â
Benar, perantara liar itu tidak satu, tetapi beberapa orang. Menawarkan tiket yang tiada di loket dengan harga tinggi. Berapa pun jumlahnya.
Beruntunglah orang tua saya. Jika berangkat dari Malang, cukup memesan kepada tetangga yang merupakan pegawai PJKA (sekarang PT KAI). Harga sama tidak terpaut jauh dengan di loket.
Menumpang di kelas 3 (ekonomi) adalah naik di gerbong tanpa AC, kursi berhadapan dengan konfigurasi 2-3. Sandaran tempat duduk fix alias tegak tidak dapat direbahkan.
Sebagian besar perjalanan pada malam hari, sehingga hawa dalam gerbong tidak begitu pengap dan panas. Juga tidak perlu khawatir lapar. Pada setiap perhentian berbagai pedagang asongan menawarkan makanan minuman dengan harga terjangkau.
Lumayan naik kereta malam. Ekonomis. Terpenting sampai ke tujuan.
Gerbong Pos
Pada saat bersama teman-teman memerlukan biaya paling hemat dalam perjalanan dari Bandung menuju Surabaya. Salah satu cara adalah naik kereta kelas ekonomi.Â
Memasuki ruang paling belakang gerbong paling buncit. Duduk di atas tumpukan amplop.Â
Bukan amplop gratifikasi untuk pejabat tukang judi!