Dengan peralatan dan bahan cukup, Suembe memulai pekerjaan. Proyek yang memakan waktu berhari-hari. Terkadang ia melupakan makan pokok tanpa melupakan rokok. Baru teringat nasi setelah perutnya melilit.
Berkat ketekunan dan kerja keras, malam itu pria berkacamata berambut acak-acakan telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
Penerawangan, pemeriksaan, dan perabaan, lalu diikuti dengan pencetakan seluruh bahan kertas tersisa.
Setumpuk lembaran baru keluar dari mesin cetak ditata dalam kardus pada meja berantakan. Suembe tergeletak kelelahan di sofa.
Terdengar nada panggil berteriak-teriak. Pada dering kesepuluh, Suembe bangun dengan kepala berat.
Suara seraknya menjawab, "ya? Siapa?"
Mulut di seberang menyalak, "ini aku...! Bagaimana hasilnya?"
"Oh kamu. Sempurna! Aku rasa kamu tidak akan bisa membedakan dengan yang asli."
"Aku penasaran. Sudah diuji dengan lampu ultraviolet?"
"Sudah. Bagus sekali. Ke sini bawa kopi dan makanan!"
Kongsi Suembe datang. Membuka pintu dengan menjinjing dua gelas plastik berisi kopi dan dua bungkus nasi uduk lengkap dengan tempe orek, irisan dadar telur, perkedel dan telur bulat dibalado.