"Mamah tahu kan kalau Papah sudah menyukai sesuatu?"
Sang istri terdiam. Merenungkan kejadian pertengkaran yang dulu-dulu, ketika suaminya larut dalam satu kesukaan. Tidak kenal waktu bila berkaitan dengan urusan hobi.
Ia akhirnya mengalah demi hobi Suami. Terpenting kesibukan akan hobi membuat suaminya tidak memikirkan hobi paling mencemaskan, yaitu memelihara wanita lain.
Sedikit banyak, kepergian suaminya membuat sang wanita merasa terabaikan.
Dalam perjalanan berumah-tangga, hobi suaminya kerap berganti sesuai dengan tingkat kejenuhan.
Satu waktu, menyenangi kegiatan memancing. Teman-temannya gowes, ia pun beralih menyukai acara bersepeda santai ramai-ramai. Ketika musim olahraga futsal, ia turut berkeringat di lapangan sampai malam hari sepulangnya dari kantor.
Kali ini ia ke bengkel. Hobi utak-atik mobil mulai menjalari jiwanya. Bisa jadi terpengaruh teman-temannya.
Tetapi kenapa pergi ke bengkel mesti di malam hari? Tidak bisakah pada akhir pekan? Atau siang hari?
Pertanyaan demi pertanyaan bergelombang. Menghantam benak sang istri.
Tapi ya sudahlah. Sekali lagi, lebih baik suaminya menyalurkan hobi kepada hal positif. Daripada keganjenan dengan hobi memelihara makhluk yang namanya wanita pilihan lain. Amit-amit jabang bayi!
Rabu malam pekan berikutnya, suaminya pergi lagi dengan meninggalkan keheranan di meja makan. Demikian pada minggu berikutnya. Berikutnya. Berikutnya. Berikutnya. Dan berikutnya.