Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Lakukan Ini jika Mengantuk saat Berkendara

6 September 2022   06:37 Diperbarui: 7 September 2022   12:40 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengantuk saat berkendara. Sumber: Unsplash.com/monstArrr_ via Kompas.com

Diduga pengemudi mengantuk, sebuah minibus membentur badan truk trailer yang melaju searah. Kecelakaan mengakibatkan korban jiwa.

Dalam cuaca cerah dengan kepadatan lalulintas sedang, Toyota Hiace menabrak truk trailer di KM 375 +300 Jalur A (dari arah Jakarta Semarang) ruas tol Semarang-Batang, Jawa Tengah. Tujuh orang tewas (selengkapnya di sini).

Tak sedikit peristiwa kecelakaan terjadi akibat pengemudi mengantuk ketika menyetir mobil atau motor. Mengendalikan kendaraan bermotor memerlukan syarat-syarat: 

  • Keterampilan (latihan/pengalaman).
  • Usia sesuai (Peraturan Polisi Nomor 5 Tahun 2021).
  • Serta sehat baik jasmani maupun rohani.

Berkenaan dengan kondisi badan kurang fit, setidaknya empat kali saya mengalami nyaris celaka dan kecelakaan. Akibat terserang rasa kantuk luar biasa ketika mengemudikan mobil.

Pertama, ketika berada di belakang zebra cross, menunggu lampu lalu lintas untuk pejalan kaki berkedip hijau. 

Dedaunan pohon peneduh di depan Museum Nasional mengurangi sengatan matahari, ditambah pengatur suhu di dalam mobil membuat kelopak mata terasa berat. Semakin berat. Semakin redup dan gelap, sampai klakson-klakson dari belakang memaki.

Terkesiap! Melihat lampu pelican crossing (pedestrian light controlled crossing) itu berpijar hijau. Serta merta tangan kiri memindahkan tuas ke depan, melepas pedal kopling seraya menekan gas. Roda belakang berputar cepat menggesek aspal.

Siang itu saya memang lelah, setelah melakukan perjalanan cukup jauh. Sampai-sampai tidak sempat makan siang.

Kedua, arah baliknya menggunakan ruas tol dalam kota agar segera tiba di kantor. Siang njepret. Permukaan jalan memantulkan cahaya matahari. Silau. Mata lelah, melemah, lalu mengatup selama sekian sekon.

Bagusnya, pengguna jalan lain membunyikan klakson sehingga saya terjaga. Badan mobil menghampiri dinding beton dengan cepat. Refleks mengurangi laju kendaraan. Telat sedikit, entah apa yang akan terjadi.

Saya langsung mencari gerbang off menuju jalan biasa, kemudian makan siang sambil beristirahat di warung.

Ketiga. Acara malam sebelumnya menyita waktu tidur. Terkantuk-kantuk. Pagi bekerja seperti biasa. Pulang kantor tenggo, jam lima "teng" langsung cabut, lalu mengarahkan hidung mobil ke jalan tol dalam kota.

Saat di gerbang masuk, hati kecil mendorong agar beristirahat. Namun pikiran berkeras bahwa istirahat bisa dilakukan di tempat berikutnya.

Ilustrasi oleh Olichel dari pixabay.com
Ilustrasi oleh Olichel dari pixabay.com

Rest area pertama dilewati, mengabaikan suara hati. Dengan kecepatan konstan mobil melaju di mulusnya Jagorawi. Terakhir melihat jarum menunjuk angka 140 KMh di speedometer.

Mata mulai redup, mungkin hanya 5 Watt. Semakin berat dan berat. Terbuka ketika mobil meluncur cepat ke bahu jalan. Melindas patok besi, meluncur liar di rerumputan, berhenti setelah menumbuk semak dan pohon kecil. Dari mesin menyembur asap putih.

Bagusnya, saya terbiasa mengencangkan seat belt, sehingga muka tidak perlu membentur roda kemudi.

Keempat. Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung melalui tol Cikampek, beberapa kali saya menguap. Di KM 62 lalu lintas tersendat. Saat terhenti sejenak, mata berkesempatan merem. Jalan lagi, melek lagi. 

Saya tidak yakin apakah gerakan mata bisa sinkron. Jangan-jangan, saat mobil bergerak, mata merem. Sebaliknya, ketika berhenti, melek. Atau dalam dua keadaan itu mata sama-sama merem?

Kurang istirahat adalah penyebab kantuk hebat. Untung teman di kursi penumpang bisa menggantikan sampai tujuan. Saya tertidur pulas.

Berdasarkan pengalaman di atas ditambah informasi lainnya, ada hal-hal yang mesti diperhatikan ketika mengemudikan mobil.

Mengantuk saat Berkendara

Rasa kantuk bisa menyerang ketika memegang setir. Mungkin hanya dalam hitungan detik, tetapi akibatnya fatal. Bobot besar berkecepatan tinggi yang kehilangan kendali dapat menyebabkan kecelakaan.

Sehubungan dengan itu, perhatikan gelagat mengantuk:

  • Menguap terus-menerus.
  • Kerap berkedip berusaha membuka kelopak mata.
  • Konsentrasi dan refleks menurun. Misalnya: baru menyadari bahwa pantat kendaraan di depan terlalu dekat, sehingga sering ngerem mendadak; mengemudikan kendaraan secara tidak lurus (sempoyongan).

Mengalahkan Rasa Kantuk

Ikuti kata hati. Mungkin pikiran berusaha meyakinkan bahwa tubuh masih kuat, mampu menyelesaikan sisa perjalanan. Apabila muncul tanda-tanda di atas, segera lakukan hal di bawah ini.

  • Segeralah berhenti. Cari tempat aman untuk beristirahat.
  • Lakukan peregangan atau jalan-jalan di tempat istirahat.
  • Minum kopi. Kafein akan membangun kesadaran.
  • Bila itu semua tidak mempan, artinya tubuh kurang istirahat. Tidurlah di tempat memadai.
  • Tidak minum obat penyebab kantuk. Hindari mengonsumsi alkohol.
  • Disarankan beristirahat setiap 2-4 jam, tergantung jenis kendaraan dan kondisi lalu lintas.
  • Membawa teman yang mahir mengemudi sebagai pengganti dan memiliki lisensi cukup.
  • Ketika berhenti untuk makan, dijaga agar tidak kekenyangan. Bukankah terlalu banyak isi perut akan mengundang kantuk?
  • Paling penting adalah tidur berkualitas yang cukup sebelum melakukan perjalanan jauh.

Demikian yang sebaiknya dilakukan agar kantuk tidak menyerang saat mengemudikan kendaraan.

Oh ya, satu lagi. Usahakan berhenti pada saat-saat pergantian hari. Dari kelam ke terang. Dari siang menuju malam. Pada waktu-waktu tersebut mata butuh waktu menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya. Lebih baik berhenti. 

Bagi muslim, itu merupakan masa-masa menunaikan ibadah salat Subuh dan Magrib, serta tidak meninggalkan waktu salat wajib lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun