Pikiran mengalahkan batin. Dengan sedikit menutup mata menahan air menggenang, aku menarik napas. Mengayunkan sekuat tenaga gagang kayu keras ke kepala abu-abu kehitaman. Aku menahan badannya yang bergerak ke kiri dan ke kanan agar tidak berontak. Matanya menatap sayu.
"Praaak ....!"
Menggelepar-gelepar. Melemah. Dan semakin lemah. Kemudian diam tak bergerak.
Di sudut mata air menitik. Aku terhempas tidak tahu harus berbuat apa.
"Woy, woy, woy .... Cepat bikin mati. Pukul semua! Lamban amat sih?"
Tuan rumah beranjak, mendekati anak lelakinya yang kesulitan menghidupkan bara api. Istrinya sedang memotong cabai, bawang, dan terasi.
Aku pasrah. Enam atau tujuh lagi yang harus dimatikan dan dibersihkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H