Warung Bu Miskem yang adem. Dengan merek dagang "Mbak I" ia menjual gado-gado, ketoprak, lontong sayur, ketupat bumbu, dan aneka gorengan. Hampir tiap pekan, saya menyambangi.
Hanya sesekali saja makan gado-gado, ketoprak, atau ketupat bumbu. Seringnya jajan buras, ubi rebus, atau singkong goreng. Itu pun tidak lebih dari Rp5000.
Kenapa tidak tiap hari?Â
Begini. Sambil olahraga jalan kaki, mampir jajan di warung-warung kecil dalam gang. Mungkin dengan membeli sedikit mereka bisa "ikut makan" atau membiayai keperluan lain.
Dengan membelanjakan sedikit uang, berharap dapat melancarkan peredaran usaha warung kecil. Begitu cerita kerennya.
Beristirahat di warung Bu Miskem menyenangkan. Teduh. Resik, meski berada di halaman rumah sederhana. Dan pemiliknya ramah, doyan berbincang. Dalam beberapa kali kesempatan, saya juga menulis sketsa untuk artikel.
Saya singgah, selain beristirahat, sebenarnya juga untuk melunasi utang kurang bayar beberapa hari lalu.
Buras dan penganan rebusan sudah keburu diborong orang. Jadi saya mencomot sepotong pisang goreng. Paling banyak dua potong, karena saya harus mengurangi makan gorengan.
Tercium aroma menggugah selera. Ternyata Bu Miskem sedang menumis daun labu baru dipetik dari halaman.Â
Taklama kemudian, pemilik warung menemui saya seraya membawa sepiring nasi, sebungkus rempeyek, dan semangkuk tumis daun labu. Menyusul, sambal dadak.