Klub Stroke
Ketika sedang menjalani rehabilitasi medik di sebuah rumah sakit, dokter spesialis menyatakan bahwa klub stroke belum ada di kota Bogor.
Padahal, katanya, klub stroke berperan penting dalam upaya saling mendukung di antara penderita stroke. Ia merupakan wadah pertemanan dan pertemuan rutin yang menyediakan ruang untuk:
- Berbagi pengalaman atau saling bertukar pikiran.
- Berkegiatan sosial.
- Menjalin komunikasi, baik bagi penderita stroke maupun pendamping (keluarga atau caregiver).
- Saling memotivasi dan menginspirasi.
- Sarana edukasi, seperti melaksanakan perilaku hidup sehat, mencegah serangan stroke berulang, dan sebagainya.
- Olahraga bersama.
- Menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka (outings)
Itu cita-cita yang saya bayangkan. Entah bagaimana caranya, satu ketika mesti terwujud.
Akhirul Kata
Ternyata di lingkungan terdekat dengan mudah saya menjumpai penderita stroke. Dalam sejumlah perjumpaan dengan mereka dibangun pembicaraan positif, antara lain:
- Saling menguatkan.
- Bertukar informasi.
- Menyarankan pengobatan medis, daripada penyembuhan alternatif.
- Membesarkan semangat agar mandiri (dari berkursi roda ke tongkat; dari tongkat 4 kaki ke 1 kaki; bisa lepas tongkat; dan seterusnya).
- Memberi contoh bahwa penderita stroke pun bisa berjalan kaki dengan jarak tempuh yang jauh.
Apakah berbuat kebajikan tersebut demi membayar hutang perbuatan pada masa lalu?
Rasa-rasanya saya sudah tidak memikirkan hal itu. Pokoknya rekan-rekan senasib tersebut bisa tumbuh rasa percaya diri sehingga bisa bangkit, kendati rasa pesimisnya membukit.
Bukan demi mengejar target agar mereka menjadi normal. Atau menjadi sembuh. Bukan. Tetapi agar penderita stroke yang saya temui dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Itu saja sih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H