Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepo Separuh, Buah Kepel Dibilang Sawo

8 Juni 2022   06:01 Diperbarui: 8 Juni 2022   06:29 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Kepel dan papan informasi (dokumen pribadi)

Isi keterangan lumayan lengkap, terdiri dari: nama berikut sebutan ilmiah dan alias, kegunaan dan khasiat, serta daerah-daerah tempat tumbuh.

Papan informasi tentang pohon Kepel (dokumen pribadi)
Papan informasi tentang pohon Kepel (dokumen pribadi)

Meskipun demikian, masih ada saja orang-orang yang malas membaca keterangan. Membuat pernyataan cepat yang meyakinkan bahwa itu buah sawo.

Warna kecokelatan mirip sawo. Ukurannya sedikit lebih besar. Bentuk bulat sempurna. Kesimpulan asal-asalan: Kepel adalah Sawo. Keliru!

Menarik kata putus berdasarkan kemiripan fisik dua benda saja. Tanpa membaca. Tanpa sekalipun menjajal rasa buah Kepel.

Padahal di halaman rumah seberang terdapat pohon sawo. Buahnya yang bulat dan cokelat menggantung di antara ranting-ranting dalam dedaunan rimbun. Rasanya sangat manis. Kentara perbedaannya dengan buah Kepel.

Artinya, orang-orang itu memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Bagus, tapi tanggung. Tidak dilanjutkan dengan membaca keterangan yang tersedia. Atau mencoba rasanya. Kepo yang setengah-setengah.

Berbeda dengan perilaku anak-anak yang menuntaskan rasa ingin tahu dengan membaca keterangan sampai selesai.

Barangkali orang-orang dewasa dalam kisah di atas sedemikian beku isi kepalanya, sehingga enggan membaca. Mungkin.

Sedangkan anak-anak dalam contoh di atas, memiliki kemampuan menyerap tatanan baru yang masih berkembang. Memuaskan rasa ingin tahu dengan membaca keterangan.

Moga-moga fenomena di atas hanya menimpa warga tertentu dalam contoh di atas. Bukan generalisasi. Tidak meluas dan menjadi gejala umum, yaitu: masyarakat yang enggan memelihara kebiasaan membaca, lalu keliru menarik kesimpulan tentang satu perkara. Keminter pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun