Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepo Separuh, Buah Kepel Dibilang Sawo

8 Juni 2022   06:01 Diperbarui: 8 Juni 2022   06:29 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lupakan sejenak perbincangan itu. KBBI daring mengartikannya sebagai: "rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain" (kbbi.kemendikbud.go.id).

Tangkap layar
Tangkap layar "kepo" KBBI daring (dokumen pribadi)

Ah, ternyata kata yang kerap digunakan dalam percakapan itu menunjuk kepada kepentingan atau kegiatan orang lain. Bukan kepada benda.

Namun khusus untuk keperluan artikel ini, istilah "kepo" saya pinjam demi menerangkan keinginan tahu seseorang tentang hal yang baru dilihat atau menarik perhatiannya. Sekali ini saja.

Keppel

Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol) --disebut juga: Burahol, Cindul, Simpol, Turalak---tumbuh di halaman rumah sejak tahun 1990-an. Saya lupa mulai kapan tanaman berbatang lurus ini berbuah lebat. Lebih banyak daripada pohon Kepel di halaman dalam Istana Bogor. 

Uniknya, buah-buah bergerombol pada pokok pohon. Dari bawah ke atas sampai bagian tengah. Tanaman mengerucut setinggi dua puluh lima meter itu, dan buahnya yang dipercaya memiliki segudang khasiat, sontak menarik perhatian. Bahkan Google menjadikannya sebagai penanda daerah.

Maka tidak sedikit orang menanyakan: nama buah, rasa, dan kegunaannya. Memasang keterangan tentang pohon Kepel adalah upaya untuk menjawab pertanyaan serupa, yang disampaikan oleh berbagai kalangan.

Satu ketika saya meletakkan spanduk flexy yang memuat penjelasan lengkap dengan huruf besar. Raib! Lenyap bukan karena sering dibaca, tetapi sebab dicabut sebagai payung ketika air mulai berjatuhan dari langit. Memasang keterangan di pelat dan tonggak besi, juga hilang disambar entah siapa.

Lha wong duit rakyat saja diembat para pejabat. Buktinya: tokoh-tokoh yang tertangkap tangan atau dibui karena korupsi. Eh, gak nyambung ya?

Akhirnya saya merekatkan keterangan tercetak di atas kertas pada papan dan tonggak kayu. Aman sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun