Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menolak Tugas Ekstra Tak Bakal Membuat Perusahaan Kolaps

11 Mei 2022   16:55 Diperbarui: 12 Mei 2022   09:00 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi malam. Bakda Isya. Seorang sahabat lama menelepon. Pria yang jauh lebih muda dari saya itu mengucapkan Selamat Idul Fitri dan memohon maaf lahir batin. Juga menyatakan tidak enak karena lama tidak berkunjung ke rumah.

Saya pun membalas ucapan silaturahmi itu dan meyakinkannya, lain waktu bisa diatur pertemuan.

Setelah berbasa-basi, sampailah kepada perbincangan mengenai dunia pekerjaan yang sedang ditekuni. Saat ini ia bekerja sebagai staf pemasaran perusahaan daerah pengelola pasar.

Sebelumnya ia bekerja sebagai konsultan pengawas, di mana bidang pekerjaannya berimpitan dengan pekerjaan pemborongan (bidang konstruksi) yang pernah saya geluti. Sama-sama berhubungan dengan proyek milik Pemda.

Selanjutnya, pria masih berputra satu itu mengeluhkan tentang kesibukan dalam pekerjaan. Karena koleganya mengetahui kemampuannya dalam perancangan bangunan, ia kerap "diminta tolong" untuk turut menangani urusan teknis pasar-pasar. Termasuk ihwal redesain layout atau tampilan pasar.

Dalam beberapa kesempatan, berkaitan dengan ihwal teknis di atas, ia juga diminta mendampingi dewan direksi untuk presentasi ke pejabat kota. Terkadang ikut dalam acara dengar pendapat di hadapan sidang anggota DPRD.

Padahal sudah ada bagian khusus yang mestinya lebih kompeten menangani soal teknis dan perancangan itu.

Singkat cerita, ia bingung menghadapi "penugasan-penugasan" itu, yang notabene bukan bidang sesuai job description. Menjadi beban di luar fokus pekerjaan yang kemudian seolah menjadi tanggung jawabnya.

Untuk merampungkan paperwork bertumpuk-tumpuk itu, beberapa kali ia membawa tugas ekstra pulang ke rumah.

Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pengalaman saya sebelum terserang penyakit kronis. Dulu saya terlalu menuruti tuntutan tugas ekstra, dengan tiadanya keuntungan tambahan apa-apa. 

Tugas ekstra di luar job description. Tugas ekstra yang malahan membuahkan penyakit.

Berkaca kepada pengetahuan itu, saya memberikan pandangan seperti tersebut di bawah ini.

1. Prioritaskan kepada penyelesaian pekerjaan utama sebaik-baiknya. Percayalah, semua orang yang meminta pertolongan itu akan selalu menganggap assignment di luar tugas utama itu adalah urgen.

2. Ukur ketersediaan waktu, kesanggupan tenaga, dan kemampuan dimiliki agar dapat menyelesaikan instruksi, tanpa menelantarkan tugas utama.

3. Sesekali boleh ditolak tugas ekstra itu, dengan menyatakan masih ada pekerjaan utama yang harus ditunaikan. Sebagai pembelajaran agar pegawai pada departemen yang seharusnya mengerjakannya lebih mengerti tanggung jawab.

4. Sebaiknya tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah. Dalam banyak kasus, paperwork itu sulit bisa diselesaikan. Kalau selesai, ia mengambil terlalu banyak waktu berkumpul dengan keluarga.

5. Terapkan pola worklife balance dalam pekerjaan. Bekerja dengan menyeimbangkan perhatian kepada pekerjaan itu sendiri (aturan bekerja 40 jam seminggu bisa menjadi acuan), atensi kepada keluarga, pemenuhan kebutuhan rekreasi, bersosialisasi, dan sebagainya.

Kira-kira begitu yang saya sampaikan kepada sahabat lama yang baik hati itu. Selagi masih berusia muda, sangat baik bagi dirinya untuk mempertimbangkan keseimbangan secara proporsional di dalam bekerja.

Jangan sampai tugas ekstra menjadi beban bahkan siksaan, yang dapat memicu konflik dengan kehidupan pribadi, berkeluarga, dan interaksi sosial. Bila terlalu membebani, bolehlah dikesampingkan dulu. Kalau perlu ditolak.

Kita harus tegas terhadap diri sendiri. Menolak tugas ekstra yang membebani adalah semata-mata demi worklife balance secara harmonis.

Akhirnya, ihwal penting yang harus dipahami:

Menolak tugas ekstra, bukan berarti membuat perusahaan tempatnya bekerja bakal kolaps. Sistem dan prosedur didesain agar korporasi tersebut tahan banting. Seharusnya. Apalagi dengan organisasi lengkap.

Jadi fokus saja dulu kepada penyelesaian pekerjaan utama. Bila dipandang dari keselarasan waktu, tenaga, benefit, serta kemampuan dapat dikelola dan terukur, maka bolehlah tugas ekstra itu dikerjakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun