Tugas ekstra di luar job description. Tugas ekstra yang malahan membuahkan penyakit.
Berkaca kepada pengetahuan itu, saya memberikan pandangan seperti tersebut di bawah ini.
1. Prioritaskan kepada penyelesaian pekerjaan utama sebaik-baiknya. Percayalah, semua orang yang meminta pertolongan itu akan selalu menganggap assignment di luar tugas utama itu adalah urgen.
2. Ukur ketersediaan waktu, kesanggupan tenaga, dan kemampuan dimiliki agar dapat menyelesaikan instruksi, tanpa menelantarkan tugas utama.
3. Sesekali boleh ditolak tugas ekstra itu, dengan menyatakan masih ada pekerjaan utama yang harus ditunaikan. Sebagai pembelajaran agar pegawai pada departemen yang seharusnya mengerjakannya lebih mengerti tanggung jawab.
4. Sebaiknya tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah. Dalam banyak kasus, paperwork itu sulit bisa diselesaikan. Kalau selesai, ia mengambil terlalu banyak waktu berkumpul dengan keluarga.
5. Terapkan pola worklife balance dalam pekerjaan. Bekerja dengan menyeimbangkan perhatian kepada pekerjaan itu sendiri (aturan bekerja 40 jam seminggu bisa menjadi acuan), atensi kepada keluarga, pemenuhan kebutuhan rekreasi, bersosialisasi, dan sebagainya.
Kira-kira begitu yang saya sampaikan kepada sahabat lama yang baik hati itu. Selagi masih berusia muda, sangat baik bagi dirinya untuk mempertimbangkan keseimbangan secara proporsional di dalam bekerja.
Jangan sampai tugas ekstra menjadi beban bahkan siksaan, yang dapat memicu konflik dengan kehidupan pribadi, berkeluarga, dan interaksi sosial. Bila terlalu membebani, bolehlah dikesampingkan dulu. Kalau perlu ditolak.
Kita harus tegas terhadap diri sendiri. Menolak tugas ekstra yang membebani adalah semata-mata demi worklife balance secara harmonis.
Akhirnya, ihwal penting yang harus dipahami:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!