Banyak bagian konstruksi memerlukan material pasir. Dari mulai urukan, fondasi, struktur beton, dinding, hingga merapikan. Lalu, bagaimana memilihnya?
Seorang tetangga memasang lantai tambahan berupa paving block di bawah kanopi. Dalam proses pemasangan, tukang menggunakan pasir hitam biasa.
Harusnya ia menggunakan abu batu, agar di antara paving block saling mengikat. Sedangkan butiran pasir akan membuatnya "bergerak", sehingga lama-kelamaan lantai paving block menjadi tidak rapi.
Sebagai owner mestinya ia mengetahui perbedaan pasir dalam aplikasinya. Di pasaran pun tersedia berbagai pilihan dengan beragam harga. Lantas, bagaimana cara mengetahuinya?
***
Pasir demikian penting perannya di dalam mendirikan bangunan. Misalnya, pasir uruk diperlukan untuk mengalasi lantai kerja agar tidak langsung duduk pada tanah. Lantai kerja biasanya digunakan untuk landasan coran/beton atau lantai pelur.
Kemudian dalam campuran beton. Juga pada pemasangan dinding bata. Dalam plesteran digunakan untuk merapikan. Banyak hal yang memerlukan pasir.
Tiap-tiap proses memerlukan pasir dengan kondisi berbeda, yaitu pasir untuk: uruk, beton, pasang, plester, bahkan untuk pemasangan lantai conblock/paving block.
Bingung? Saya pun awalnya bingung membedakan jenis-jenis pasir. Namun kemudian pergaulan dengan tukang bangunan menambah wawasan tentang per-pasir-an.
Berikut, saya sampaikan pendapat pekerja berpengalaman ditambah referensi dari berbagai sumber (di antaranya: Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).
Pasir merupakan material berbentuk butiran, ukurannya berkisar antara 0,0625 hingga 2,0 milimeter. Sampai saat ini tidak ditemukan panduan resmi yang mengklasifikasikan pasir.
Maka di bawah ini pasir dikelompokkan menurut sumber penambangan berikut penggunaannya.
1. Pasir Sungai. Berasal dari penambangan sungai, merupakan butiran halus berbentuk bulat akibat pengikisan (erosi) oleh tenaga air sungai. Atau sedimen dari abu vulkanik.
Ia umumnya berada di dasar atau tepian sungai. Warnanya putih keabu-abuan. Biasanya digunakan untuk memasang atau untuk plesteran dinding (pasir pasang) dan beton/pengecoran (pasir beton).
Membedakan antara pasir pasang dan pasir beton adalah dengan melihat ciri fisik serta dengan menggenggam.
Pasir Pasang berbutir halus (1,5875 mm), jika digenggam akan menggumpal dan tidak mudah ambyar. Baik digunakan untuk pasangan bata dan plesteran.
Pasir Beton dengan butiran halus sampai kasar, biasanya berwarna hitam. Jika digenggam tidak menggumpal, dan akan buyar saat dilepas.
2. Pasir Kikisan Tebing Pinggir Sungai. Di tepi sungai yang bertebing biasanya pada dindingnya mengandung pasir. Bagian ini dikikis untuk diambil pasirnya.
Pasir ini kurang baik untuk campuran beton atau plesteran, karena unsur tanah/lumpur lebih dari 5%. Umumnya digunakan untuk pasir urug.
3. Pasir Laut. Berasal dari pantai, merupakan butiran halus berwarna cokelat muda. Tidak disarankan untuk konstruksi, terutama untuk beton mutu tinggi. Kecuali ada petunjuk tertentu, semisal mencuci bersih hingga unsur garam hilang sebelum digunakan.
4. Pasir Buatan. Berasal dari batuan atau granit dihaluskan. Disebut juga sebagai abu batu. Warnanya keabu-abuan seperti warna batu belah atau granit.
Umumnya digunakan dalam pembuatan gorong-gorong atau saluran beton. Juga digunakan sebagai alas dan partikel pengisi antara di dalam pemasangan paving block.
5. Pasir Silika. Atau kadang disebut pasir bangka, pasir Lampung, pasir silika, pasir kuarsa, digunakan untuk bahan pembentuk bata ringan sampai bahan baku kaca.
6. Pasir Merah (Jebrod). Pasir yang berasal dari penambangan di Cianjur. Menurut pengalaman, bagus digunakan untuk pengecoran. Butirannya kasar sehingga beton cepat keras.
7. Pasir Top Dressing, merupakan pasir berbutir halus dengan banyak campuran tanah dan bahan lain. Biasanya disebarkan tipis-tipis (5-10 mm) untuk meratakan hamparan rumput non-sintetis, seperti lapangan sepakbola.
8. Lain-lain. Setiap daerah bisa memiliki penamaan yang berbeda.
Artinya, untuk penggunaan tertentu pasir dibedakan dari sumber perolehan atau penambangan, tingkat kehalusan ketika diayak dan campuran unsur pembentuknya.
Jadi, alangkah baiknya kita juga mengetahui penggolongan pasir menurut sumber dan tujuan penggunaan. Agar di kemudian hari tidak timbul penyesalan. Lebih parahnya lagi, mengulangi pekerjaan konstruksi yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H