Bata merah maupun bata ringan lumrah digunakan untuk mendirikan dinding bangunan. Namun di antara keduanya, mana yang lebih baik?
Sebagian tukang bangunan lebih suka menggunakan bata merah daripada bata ringan. Berkesan kuat. Gampang dipasang..
Lainnya menganggap bata ringan memiliki keunggulan waktu pemasangan sehingga menghemat biaya tenaga kerja. Juga dalam finishing, cukup diplester tipis sudah rapi. Hemat semen dan pasir.
Benarkah demikian?
Dari berbagai sumber serta sedikit pengalaman sendiri, berikut disarikan kelebihan dan kelemahan tiap-tiap bahan bangunan tersebut
Merupakan produk dari industri rumahan/tradisional dengan tanah liat sebagai pembentuk. Dikerjakan secara manual (membuat adonan, cetak, pengeringan, pembakaran) di lio.Â
Di kalangan tukang, bata merah populer sebagai bahan bangunan karena memiliki kelebihan:
- Mudah dipasang, baik pada bidang luas maupun sempit.
- Tidak perlu perekat khusus, cukup semen Portland, pasir pasang, dan air.
- Harga satuan murah, Rp 900-1.200 (ukuran 20cm x 10cmx 5cm) tergantung lokasi. Untuk pasangan dinding seluas satu meter persegi, bata merah bisa lebih murah (70 buah = Rp 70 ribu) dibanding bata ringan (8,4 buah = Rp 91.081).
- Tidak memerlukan keahlian khusus dalam pemasangan.
- Jika tepat dalam menghitung kebutuhan, sisa bata merah relatif sedikit.
Kelemahannya adalah:
- Meski dipandu oleh benang, pemasangannya cenderung sulit rapi.
- Setelah dipasang, menyerap hawa panas pada kemarau. Sebaliknya, dingin juga tembus saat cuaca bersuhu rendah
- Perlu plesteran yang cukup tebal, bisa sampai 4cm, untuk merapikan dinding dan agar mengurangi pengaruh suhu luar. Apalagi jika pemasangannya miring atau tidak ngelot (tidak nyiku/tegak lurus terhadap bidang vertikal atau horizontal).
- Memerlukan bahan perekat (adukan) yang cukup tebal, tergantung kepada kemahiran tukang.
- Pemasangan butuh waktu lama, karena ukurannya kecil.
- Sebab pembuatannya manual, ukuran bata merah bisa beragam. Tukang mesti mengatur sedemikian rupa agar pas patokan benang.
- Bobotnya berat, sehingga dinding bata merah secara keseluruhan dapat membebani konstruksi penopangnya.
- Mudah pecah sehingga terbuang, bila kualitas bata kurang baik,
Sementara orang menyebutnya hebel, padahal ia merujuk pada satu merek yang merupakan pelopor industri bata ringan. Dibuat melalui proses mesin, terbentuk dari: semen, pasir silika, gypsum, kapur, dan aluminium pasta.
Bahan bangunan jenis lebih baru dari bata merah ini juga populer di kalangan tukang, karena:
- Pemasangan lebih cepat, mengingat ukurannya yang besar (60cm x 20cm x 10cm). Menurut penelitian, waktu pemasangan bata ringan bisa 1,5 kali lebih cepat daripada memasang bata merah.
- Mampu menahan beban tekan 40 kg/cm2, lebih kuat daripada bata merah (25 kg/cm2).
- Kedap suara dan tahan rembesan air.
- Hemat dalam penggunaan perekat.
- Cukup memerlukan plesteran tipis untuk finishing.
- Ketersediaannya nyaris menandingi bata merah di toko bahan bangunan.
- Ringan, cocok digunakan untuk bangunan bertingkat.
Namun dibalik kelebihan itu terdapat kelemahan, sebagai berikut:
- Untuk pemasangan membutuhkan perekat khusus (semen instan) yang harganya relatif lebih mahal dibanding semen biasa.
- Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian khusus dalam pemasangan. Kalau tidak, sulit menghasilkan dinding yang rapi.
- Memerlukan alat potong khusus (semacam gergaji) untuk memotong. Sedangkan bata merah cukup menggunakan sisi tajam sendok semen untuk memotongnya.
- Proses pengeringan butuh waktu lama, jika saat dipasang terkena air.
- Ukuran besar dapat menyisakan limbah, bila bidang dibangun berukuran kecil atau tanggung.
- Harga satuan bata ringan memang lebih mahal daripada harga satuan bata merah, tetapi harga per meter kubiknya bersaing. Satu meter kubik bata ringan Rp 600-900 ribu isi 83,3 (ukuran 60cm x 20cm x 10cm). Sementara 1 M3 bata merah (20cm x 10cm x 5cm) Rp 900 ribu hingga Rp 1 juta isi 1.000 buah (harga bisa berbeda di tiap-tiap daerah).
Agar memudahkan perhitungan, berikut disertakan ilustrasi perbandingan.
Sesungguhnya dasar perhitungan menggunakan pedoman penyusunan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP), yakni dalam Lampiran Peraturan Menteri PUPR Nomor: 28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Berhubung tata cara perhitungan lumayan ruwet (memerlukan beberapa indikator), saya menyederhanakan sedemikian rupa.
Upah tenaga kerja, menggunakan norma perhitungan upah borongan. Sedangkan koefisien (faktor yang menyatakan proporsi bahan untuk menghasilkan satu satuan volume pekerjaan) tetap menggunakan pedoman resmi di atas.
Asumsinya:
- Upah borong pasang bata merah adalah Rp 43 ribu/M2, bata ringan Rp 25 ribu/M2.
- Bata merah Rp 1 ribu/buah
- Harga semen Portland Rp 60 ribu/50 kilogram.
- Pasir pasang Rp 200 ribu/M2.
- Bata ringan berkualitas baik Rp 10.800 /buah atau Rp 900 ribu per M3 (isi 83 buah ukuran 60cm x 20cm x 10cm).
- Semen mortar siap pakai Rp 158 ribu/zak.
Catatan: harga-harga di atas merupakan indikasi. Bisa berbeda di wilayah lain.
Dari tabel perbandingan harga di bawah, biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu meter persegi dinding, menggunakan bata merah (Rp 70 ribu), lebih murah dibanding menggunakan bata ringan (Rp 91 ribu).
Upah tenaga kerja memasang bata ringan lebih mahal, tetapi penggunaan perekat lebih murah, dibanding hal serupa untuk bata merah yang memerlukan semen dan pasir.
Secara keseluruhan, biaya untuk memasang 1 M2 dinding bata ringan (Rp 126 ribu) sedikit lebih murah dibanding bata merah (Rp 134 ribu).
Pemakaian bata merah per satu meter persegi lebih murah dibanding penggunaan bata ringan. Keunggulan menggunakan bata ringan adalah di segi kecepatan pemasangan.
Jika ditambahkan komponen upah tenaga kerja dan bahan pembantu, ternyata biaya pembangunan dengan bata ringan sedikit lebih hemat daripada bata merah.
Bata merah maupun bata ringan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tergantung kenyamanan penggunaan dan ketersediaan di tiap-tiap daerah.
Penggunaan bata ringan meluas. Ketika jalan-jalan, saya lebih mudah menemukan tumpukan bata ringan daripada bata merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H