Sementara orang menyebutnya hebel, padahal ia merujuk pada satu merek yang merupakan pelopor industri bata ringan. Dibuat melalui proses mesin, terbentuk dari: semen, pasir silika, gypsum, kapur, dan aluminium pasta.
Bahan bangunan jenis lebih baru dari bata merah ini juga populer di kalangan tukang, karena:
- Pemasangan lebih cepat, mengingat ukurannya yang besar (60cm x 20cm x 10cm). Menurut penelitian, waktu pemasangan bata ringan bisa 1,5 kali lebih cepat daripada memasang bata merah.
- Mampu menahan beban tekan 40 kg/cm2, lebih kuat daripada bata merah (25 kg/cm2).
- Kedap suara dan tahan rembesan air.
- Hemat dalam penggunaan perekat.
- Cukup memerlukan plesteran tipis untuk finishing.
- Ketersediaannya nyaris menandingi bata merah di toko bahan bangunan.
- Ringan, cocok digunakan untuk bangunan bertingkat.
Namun dibalik kelebihan itu terdapat kelemahan, sebagai berikut:
- Untuk pemasangan membutuhkan perekat khusus (semen instan) yang harganya relatif lebih mahal dibanding semen biasa.
- Memerlukan tenaga kerja dengan keahlian khusus dalam pemasangan. Kalau tidak, sulit menghasilkan dinding yang rapi.
- Memerlukan alat potong khusus (semacam gergaji) untuk memotong. Sedangkan bata merah cukup menggunakan sisi tajam sendok semen untuk memotongnya.
- Proses pengeringan butuh waktu lama, jika saat dipasang terkena air.
- Ukuran besar dapat menyisakan limbah, bila bidang dibangun berukuran kecil atau tanggung.
- Harga satuan bata ringan memang lebih mahal daripada harga satuan bata merah, tetapi harga per meter kubiknya bersaing. Satu meter kubik bata ringan Rp 600-900 ribu isi 83,3 (ukuran 60cm x 20cm x 10cm). Sementara 1 M3 bata merah (20cm x 10cm x 5cm) Rp 900 ribu hingga Rp 1 juta isi 1.000 buah (harga bisa berbeda di tiap-tiap daerah).
Agar memudahkan perhitungan, berikut disertakan ilustrasi perbandingan.
Sesungguhnya dasar perhitungan menggunakan pedoman penyusunan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP), yakni dalam Lampiran Peraturan Menteri PUPR Nomor: 28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Berhubung tata cara perhitungan lumayan ruwet (memerlukan beberapa indikator), saya menyederhanakan sedemikian rupa.
Upah tenaga kerja, menggunakan norma perhitungan upah borongan. Sedangkan koefisien (faktor yang menyatakan proporsi bahan untuk menghasilkan satu satuan volume pekerjaan) tetap menggunakan pedoman resmi di atas.
Asumsinya:
- Upah borong pasang bata merah adalah Rp 43 ribu/M2, bata ringan Rp 25 ribu/M2.
- Bata merah Rp 1 ribu/buah
- Harga semen Portland Rp 60 ribu/50 kilogram.
- Pasir pasang Rp 200 ribu/M2.
- Bata ringan berkualitas baik Rp 10.800 /buah atau Rp 900 ribu per M3 (isi 83 buah ukuran 60cm x 20cm x 10cm).
- Semen mortar siap pakai Rp 158 ribu/zak.
Catatan: harga-harga di atas merupakan indikasi. Bisa berbeda di wilayah lain.
Dari tabel perbandingan harga di bawah, biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu meter persegi dinding, menggunakan bata merah (Rp 70 ribu), lebih murah dibanding menggunakan bata ringan (Rp 91 ribu).
Upah tenaga kerja memasang bata ringan lebih mahal, tetapi penggunaan perekat lebih murah, dibanding hal serupa untuk bata merah yang memerlukan semen dan pasir.