Gurihnya bukan karena micin, tapi berasal dari rebusan daging ayam kampung. Ini menjelaskan, kenapa kuah tidak terlalu berminyak. Tidak "berat" di lidah. Komposi rasa juga pas. Cocok untuk lidah saya.
Saya tambahkan sambal khas Bandung ke dalam kuah. Dua sendok kecil. Tambah mantap! Rasa pedas muncul, meski tidak begitu menggigit. Kuah kian terasa gurih, lidah mengecap rasa bawang samar-samar. Tidak muncul aroma "pahang" dari bawang.
Seterusnya, saya menjajal mi di mangkuk satunya. Mi terasa lembut di lidah. Serat ayam kampung begitu terasa ketika digigit. Lezatnya tidak perlu diceritakan lagi. Tanpa tambahan kondimen lain pokoknya uenak'e pol...!
Secara keseluruhan, rasa mi ayam kampung di rumah makan itu bukan sekadar enak, tetapi enak sekali! Tidak bisa dibandingkan dengan mi ber-topping ayam biasa (ayam negeri atau ras).
Memang harga mi ayam kampung tersebut di atas rata-rata. Harga tinggi yang setimpal dengan rasa enak sekali sangat memanjakan lidah.
Oh ya, kali ini saya memanfaatkan saldo dari K-rewards. Gerai mi ayam kampung tersebut menerima pembayaran dengan gopay.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H