Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kementerian Negara Urusan Persampahan

11 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:58 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pria parlente di depan kantor Kementerian Negara Urusan Persampahan oleh ArtisticOperations dari pixabay.com

Tidak hanya menjadi kultur, tapi buang sampah sembarangan menyublim sebagai way of life warga sebuah bangsa.

Jangan coba-coba lihat atlas! Ia demikian jauh, sehingga pencipta peta enggan mencantumkannya. Bukan wilayah tetangga kita pula. Gak penting banget.

Namun ia merupakan satu-satunya negeri yang memiliki Kementerian Negara Urusan Persampahan. Sebuah lembaga tinggi pemerintah yang dibentuk untuk mengatasi persoalan sampah.

***

Barang-barang buangan masyarakat dengan mudah dapat ditemui di berbagai tempat. Gedung-gedung perkantoran. Pabrik. Sekolah. Rumah sakit. Rumah ibadah. Kantor polisi.

Sampah juga diletakkan pada beragam media. Selokan. Sungai, dari hulu sampai muara. Lautan. Jalanan. Taman kota. Halaman rumah. Tersangkut pada dahan pepohonan.

Jadi jangan heran, saat berkesempatan berkunjung ke sana kita bisa melihat, mereka mencampakkan bekas bungkus makanan, kantong keresek, masker, dus kosong, lemari, sofa dengan sesukanya. Tidak ter-bayangkan dalam alam pikir kita.

Namun belakangan sang Kepala Negara uring-uringan. Sampah-sampah berbentuk sampan beriring-iringan menyeberang samudera, lalu bersandar pada dermaga, pantai, dan daratan negara-negara tetangga. Pimpinan pemerintahan setempat ngomel-ngomel.

Kepada siapa? Kepada... Ah, sudahlah!

Maka persoalan sampah mengglobal. Kepala Negara didesak oleh para pemimpin dunia untuk mengendalikan sampah.

Langkah pertama adalah mendirikan Kementerian yang melulu mengurusi sampah. Menteri lembaga tinggi negara ini kemudian menerbitkan rangkaian peraturan berikut petunjuk teknis dan pelaksanaannya.

Selain membentuk instrumen preventif, berupa peraturan-peraturan tersebut di atas, ia juga merakit lembaga represif, menindak pelanggaran terhadap aturan.

Konstruksi hukum yang mengikat. Perangkat penindakannya galak dalam memutus gaya hidup buang sampah sembarangan.

Aparat membentuk sub-grup Tindak Pidana Buang Sampah Sembarangan atau disingkat TIPIBUSASEM. Lembaga dengan anggaran besar yang ditakuti banyak pihak.

Awalnya. Lama-lama gembos juga.

Dengan negosiasi tertentu, pelanggar bisa melenggang, bebas merdeka, kendati nyata-nyata membuang sampah sembarangan. Suap demi suap meruntuhkan wibawa TIPIBUSASEM.

Masuk angin!

Lalu Kementerian Negara Urusan Persampahan membentuk task force bernama Komisi Pemberantasan Buang Sampah Sembarangan. Kemudian lazim dikenal sebagai: KPBSS. Diisi oleh aparat-aparat berintegritas, terpilih, berdedikasi tinggi, bergaji besar, dan bebas suap dalam riwayat pekerjaannya.

Lantas lembaga sampiran ini bergerak secara masif, terstruktur, terukur, dan sistematis memberantas tindak buang sampah sembarangan. Ribuan hingga jutaan pelaku diperkarakan.

Ruang penjara di seantero negeri penuh sesak. Terpaksa pemerintah membangun bui-bui baru untuk menampung luberan dalam waktu singkat.

Operasi Tangkap Tangan (nah ini yang paling ditunggu-tunggu pemirsa pada setiap Jumat sore) tidak hanya seminggu sekali. Tetapi berlangsung setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik.

Selalu saja ada warga masyarakat ditangkap karena membuang sampah sembarangan ke dalam selokan, permukaan sungai, laut, dan jalan. Mencakup berbagai golongan: pelajar, pegawai, penganggur, pemuka agama, kepala sekolah, direktur rumah sakit, pejabat publik, pemilik pabrik pembuang limbah, dan seterusnya.

Pada akhirnya terdapat pemandangan berbeda. Wilayah negara tersebut terbebas dari sampah. Kinclong, tiada sebuah tusuk gigi pun menggeletak di jalanan, atau di mana pun permukaan tanah dan air yang tadinya merupakan tempat buang sampah sembarangan.

Negara bersih bebas dari sampah. Sekarang Kepala Negara sudah bisa mengangkat muka di hadapan para pemimpin dunia.

***

Pada sebuah ruangan mewah. Pria tambun bersandar malas pada kursi berlapis genuine leather made in Italy. Duduk di hadapan adalah seorang pria berkacamata Cartier, arloji BVLGARI, setelan Hugo Boss, dan beralas-kaki Aldo Brue cokelat mengkilat.

Mereka santai dalam percakapan serius.

"Ada temuan. Perkara gunungan sampah buangan pabrik-pabrik Anda. Itu pasal pelanggaran berat!"

"Kami sudah berupaya. Limbah sangat melimpah, sehingga terlalu membebani keuangan perusahaan."

"Hmm, begini...," pria tambun memotong ujung cerutu lalu membakarnya.

Sepasang bola mata berbinar.

"Begini. Perkara itu bisa dikondisikan, asalkan...."

"Baik. Barangkali ini bisa mengatasi," pria perlente meraih backpack Samsonite di samping kaki kirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun