Tidak hanya menjadi kultur, tapi buang sampah sembarangan menyublim sebagai way of life warga sebuah bangsa.
Jangan coba-coba lihat atlas! Ia demikian jauh, sehingga pencipta peta enggan mencantumkannya. Bukan wilayah tetangga kita pula. Gak penting banget.
Namun ia merupakan satu-satunya negeri yang memiliki Kementerian Negara Urusan Persampahan. Sebuah lembaga tinggi pemerintah yang dibentuk untuk mengatasi persoalan sampah.
***
Barang-barang buangan masyarakat dengan mudah dapat ditemui di berbagai tempat. Gedung-gedung perkantoran. Pabrik. Sekolah. Rumah sakit. Rumah ibadah. Kantor polisi.
Sampah juga diletakkan pada beragam media. Selokan. Sungai, dari hulu sampai muara. Lautan. Jalanan. Taman kota. Halaman rumah. Tersangkut pada dahan pepohonan.
Jadi jangan heran, saat berkesempatan berkunjung ke sana kita bisa melihat, mereka mencampakkan bekas bungkus makanan, kantong keresek, masker, dus kosong, lemari, sofa dengan sesukanya. Tidak ter-bayangkan dalam alam pikir kita.
Namun belakangan sang Kepala Negara uring-uringan. Sampah-sampah berbentuk sampan beriring-iringan menyeberang samudera, lalu bersandar pada dermaga, pantai, dan daratan negara-negara tetangga. Pimpinan pemerintahan setempat ngomel-ngomel.
Kepada siapa? Kepada... Ah, sudahlah!
Maka persoalan sampah mengglobal. Kepala Negara didesak oleh para pemimpin dunia untuk mengendalikan sampah.