Itu belum seberapa.
Pengalaman menggunakan kendaraan umum selayaknya menaiki roller coaster, adalah ketika menumpang "kol" jurusan Bogor-Sukabumi.Â
Kol merupakan pelafalan dari Colt, sebuah kendaraan pick up keluaran pabrikan mobil berlambang tiga berlian yang dimodifikasi menjadi minibus.
Berhubung ada keperluan mendesak, satu saat saya terpaksa naik mobil kol menuju Sukabumi. Tiket kereta tidak mungkin go show, harus pesan beberapa hari sebelumnya.
Mobil Mercedes terbaru masih di showroom. Bukan belum siap, tapi belum sanggup membelinya.
Di luar terminal Baranangsiang, Bogor, banyak tersedia kol. Mengetem menunggu terisi penuh penumpang. Penuh bukan menurut seumumnya pemahaman tentang kapasitas minibus, tapi padat sepadat-padatnya seperti ikan pindang ditumpuk dalam satu keranjang.
Dua deret bangku belakang berisi masing-masing empat penumpang. Deretan tengah, empat orang ditambah satu kepala duduk di kursi kayu menghadap ke belakang. Jok depan memangku tiga penumpang. Enam belas penumpang!
Ditambah sopir dan asisten atau kenek, angkutan umum kol itu memuat 18 nyawa. Tidak ada hal yang bisa menjamin keselamatan manakala terjadi musibah.
Dengan satu tangan sopir memegang kemudi. Lengan kanan menyiku bertumpu pada bolongan jendela. Bibirnya menjepit sebatang rokok kretek.
Ya! Di ruang pengap para perokok bebas menghembuskan nikotin. Maka dengan itu bertambah pula penderitaan. Kaca jendela dibuka agar angin menyelusup.
Beruntung yang duduk di depan bisa membuka kaca lebar-lebar. Di belakang terkadang hanya bisa digeser sedikit, bahkan macet. Serba salah sih. Bila dibuka terlalu lebar, angin masuk terlalu kencang.