Satu saat, marah-marah tidak jelas. Lain waktu, menangis dipicu oleh sebab sederhana. Ngidam atau benci terhadap sesuatu. Kadang merasa mual, lalu muntah, ketika menghirup aroma yang dianggapnya tidak sedap. Absurd.
Suatu periode di mana ia cenderung ingin lebih diperhatikan oleh pasangan. Dan wanita dicintainya menjadi sangat manja.
Rudolfo mengenalnya di Plaza Atrium, Senen. Seusai membeli onderdil di lantai lima, ia beristirahat di food court lantai empat. Kuetiau meredam lapar. Jus mangga menyiram tenggorokan
Selanjutnya menyeruput kopi, membiarkan pandangan sejenak bertamasya. Mengindra keluarga-keluarga, rombongan pria, dan gadis-gadis berbusana segar memenuhi meja-meja.
"Boleh duduk di sini?" Suara lembut menerbangkan angan.
"Oh, silakan. Saya sendiri kok."
Wanita itu mengeringkan mangkuk berisi chicken cream soup. Melahap dua potong grilled baguette.
Setelah diusap dengan tisu, bibir tipisnya terbuka, "terima kasih sudah dikasih tempat. Penuh banget!"
Kemudian mengalir kata-kata tanpa diketahui hulunya. Ringan, ceria, penuh keakraban hingga bermuara kepada sebuah janji.
Lamunannya buyar.
"Kok diam saja? Gak suka ya aku menjadi lebih gendut!"