Berikutnya, tiba-tiba ban mendecit berhenti. Saya melihat sebuah truk malang melintang di tengah jalan. Ternyata tidak ada apa-apa. Hiiiyyyy....
Saya minta ke teman di sebelah agar memegang kemudi, menggantikan saya.
“Urang teu bisa nyupiran, euy! (Saya tidak bisa mengemudi).”
Akhirnya terpaksa berhenti. Tidur.
Kedua. Saya tertidur di depan Museum Nasional Indonesia, Jakarta, sewaktu menunggu lampu penyeberangan berganti warna hijau. Lelah, dingin AC, membawa saya ke alam mimpi.
Terbangun setelah klakson mobil-mobil di belakang berteriak. Untung kendaraan dalam keadaan berhenti.
Ketiga. Matahari tepat di atas kepala ketika menyusuri jalan tol dalam kota Jakarta. Badan lemah belum makan siang.
Kombinasi udara sejuk di dalam (tapi kurang oksigen), panas njepret di luar, lelah, dan lapar mengakibatkan kelopak mata mengatup.
Tidur sambil nyetir! Terbangun ketika bodi mobil sebelah kiri nyaris membentur beton pembatas.
Keempat. Saya sendirian melaju di jalan tol Jagorawi dalam keadaan kurang tidur. Malam sebelumnya, sebuah pesta terlalu larut di sebuah diskotik mengurangi waktu tidur. Paginya ke kantor. Sorenya, ada keperluan mendesak ke Bogor.
Sebetulnya saya sudah merasakan kantuk hebat. Menguap berkali-kali. AC dimatikan, jendela dibuka agar angin segar masuk. Terakhir terlihat jarum menunjuk angka 140 pada indikator kecepatan, sebelum mata terpejam.