Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tips Mengatasi Rasa Kantuk Selama Menyetir

4 November 2021   21:58 Diperbarui: 5 November 2021   23:00 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengantuk saat berkendara | Sumber: Shutterstock

Pukul 12:36 WIB pada Kamis (12/11/2021), di tol Jombang (Jakarta arah Surabaya) KM 672, sebuah SUV menabrak beton pembatas jalan. 

Dikabarkan, artis Vanessa Angel dan suaminya, Febri Andriansyah, meninggal dunia. Turut berbelasungkawa.

Sedangkan tiga penumpang lainnya dilarikan ke rumah sakit. Dugaan awal, kecelakaan maut disebabkan sopir mengantuk ketika mengemudi. (Selanjutnya dapat disimak di sini).

Pengemudi mengantuk saat menyetir merupakan bagian dari faktor human error penyebab kecelakaan lalu lintas jalan. Artinya, jangan sepelekan rasa kantuk ketika nyetir. Segera berhenti untuk istirahat.

Sepanjang pengalaman, setidaknya empat kali saya diserang kantuk hebat, bahkan tertidur, ketika menyetir mobil. Kejadian terakhir mengakibatkan kecelakaan.

Tangkap layar kecelakaan melalui Kompas TV 
Tangkap layar kecelakaan melalui Kompas TV 

Pertama. Sekitar tahun 1985, saya mengemudi jarak jauh, dari Palembang menuju kota Kuningan. Total perjalanan ditempuh selama 36 jam.

Termasuk istirahat di tepi jalan daerah Lampung, dua jam selama penyeberangan selat Sunda, sejam di Bandung ketika menjemput teman sebagai sopir cadangan, dan sejam terpaksa berhenti di sebuah warung..

Saya demikian kelelahan, sehingga beberapa kali mengalami halusinasi. 

Misalnya, sedang mengemudi ketika malam melewati Palimanan Cirebon, saya melihat ada seseorang menyeberangi jalan. Mendadak ngerem, tapi tidak ada barang sesuatu. 

Berikutnya, tiba-tiba ban mendecit berhenti. Saya melihat sebuah truk malang melintang di tengah jalan. Ternyata tidak ada apa-apa. Hiiiyyyy....

Saya minta ke teman di sebelah agar memegang kemudi, menggantikan saya.

Urang teu bisa nyupiran, euy! (Saya tidak bisa mengemudi).”

Akhirnya terpaksa berhenti. Tidur.

Kedua. Saya tertidur di depan Museum Nasional Indonesia, Jakarta, sewaktu menunggu lampu penyeberangan berganti warna hijau. Lelah, dingin AC, membawa saya ke alam mimpi.

Terbangun setelah klakson mobil-mobil di belakang berteriak. Untung kendaraan dalam keadaan berhenti.

Ketiga. Matahari tepat di atas kepala ketika menyusuri jalan tol dalam kota Jakarta. Badan lemah belum makan siang.

Kombinasi udara sejuk di dalam (tapi kurang oksigen), panas njepret di luar, lelah, dan lapar mengakibatkan kelopak mata mengatup.

Tidur sambil nyetir! Terbangun ketika bodi mobil sebelah kiri nyaris membentur beton pembatas.

Keempat. Saya sendirian melaju di jalan tol Jagorawi dalam keadaan kurang tidur. Malam sebelumnya, sebuah pesta terlalu larut di sebuah diskotik mengurangi waktu tidur. Paginya ke kantor. Sorenya, ada keperluan mendesak ke Bogor.

Sebetulnya saya sudah merasakan kantuk hebat. Menguap berkali-kali. AC dimatikan, jendela dibuka agar angin segar masuk. Terakhir terlihat jarum menunjuk angka 140 pada indikator kecepatan, sebelum mata terpejam.

Tersadar ketika suara klakson membangunkan. Terlambat! Mobil sudah merumput di daerah Cimanggis, setelah menghantam patok besi penanda tepi bahu jalan.

Untung (kecelakaan kok ya masih untung) saya terikat sabuk pengaman dan mobil terbuat dari besi Jerman. Kebayang kan kalo mobil dirakit dari plat setipis kaleng kerupuk?

Kisah di atas menggambarkan, betapa berisiko mengemudi kendaraan dalam keadaan mengantuk, terutama ketika melaju kencang. Rasa kantuk itu sendiri disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

  1. Perjalanan panjang. Jalan panjang cenderung lurus akan membosankan bagi pengemudi. Ditambah kurangnya waktu istirahat, rasa bosan membuat lelah. Kantuk menyerang.
  2. Kurang tidur sebelum mengemudi jarak jauh, tidak disarankan. Ditambah kombinasi sinar matahari dengan dinginnya penyejuk udara mobil, kurang istirahat membuat mata kriyep-kriyep.
  3. Terdapat gangguan kesehatan, semisal gejala menderita diabetes, di mana gula darah tinggi menyebabkan kurang lancarnya metabolisme tubuh.
  4. Minum minuman keras atau obat yang cenderung menimbulkan rasa kantuk dan melemahkan konsentrasi.

Jadi penting bagi pengemudi memerhatikan gejala dan simtom di atas, agar perjalanan nyaman dan aman. 

Apabila pelawatan tersebut berjarak jauh, mengambil tempo lama, hendaknya penanggung jawab setir mengindahkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Saya biasa beristirahat selama 30 menit atau lebih setelah berkendara selama 3 jam. UU No 22 Tahun 2009 mewajibkan pengemudi kendaraan bermotor umum, untuk beristirahat paling singkat setengah jam, setelah mengemudi 4 (empat) jam berturut-turut. (rujukan: di sini). Bagi pengguna kendaraan pribadi, tidak ada salahnya mengikuti aturan tersebut.
  2. Gerakkan badan atau jalan-jalan menghirup udara segar ketika beristirahat.
  3. Minum kopi saat jeda. Diketahui, kopi mengandung kafein yang mampu membangkitkan kesadaran.
  4. Tidur apabila efek kafein dari kopi tidak mempan.
  5. Adakan pendamping yang bisa diajak ngobrol dan sebagai pengemudi cadangan jika Anda sangat lelah.
  6. Jangan terlalu tegang. Ngebut akan memeras konsentrasi lebih tinggi. Membuat cepat lelah. Mengemudi dengan santai dan aman lebih menyenangkan.
  7. Mendengarkan musik kesukaan selama petualangan.
  8. Anggap sebagai pelancongan, di mana Anda berhak menikmati pemandangan di sepanjang jalan.
  9. Pilih waktu perjalanan sesuai dengan kebiasaan dan kesenangan Anda. Sebagian orang lebih suka jalan malam hari. Sebagian lagi menyenangi perjalanan siang hari.

Itu kiranya beberapa kiat untuk mengatasi timbulnya rasa kantuk selama mengemudikan kendaraan bermotor. 

Di atas segalanya, penting diingat bahwa keluarga menanti Anda di rumah setelah perjalanan. Jadi, utamakan selamat selama mengemudi kendaraan bermotor.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun