Tarjo menafsirkan bayangan menjadi sebuah kesimpulan logis, "istrimu berselingkuh ya?"
Meledak lah tangis tamunya. Tarjo melanjutkan hasil interpretasinya. Tidak peduli tamunya tersinggung atau menggerung-gerung. Pengetahuan tentang permasalahan beserta solusinya harus disampaikan dengan tuntas. Sekitar dua jam konsultasi berlangsung.
Sejak saat itu Tarjo resmi menyandang gelar: Dukun Pembaca Pikiran.
Pelanggannya cukup banyak untuk ukuran dukun baru. Namun demikian, tidak semua tamu dapat dilayani. Tergantung situasi. Beberapa kali kerabat dan sahabat meminta Tarjo untuk membaca pikiran dan menyarankan solusi, tapi tidak bisa. Sama sekali tidak bisa diatur.
Kemampuan membaca pikiran datang seenaknya, tanpa dapat ditentukan. Ia tiba-tiba datang. Terasa ketika rongga kepala berdenyut-denyut bukan karena pusing. Beda. Mulut bergetar, bergerak-gerak, lalu nyerocos sampai tuntas. Bisa sejam. Dua jam.
Terkadang ia muncul sesukanya bukan pada saat di kantor, eh, KID. Satu waktu Tarjo berkunjung ke kantor temannya, seorang Sekretaris Korporat sebuah BUMN.
Di tengah-tengah waktu mengobrol, tanpa aba-aba, denyutan dan getaran yang sangat dikenalnya datang. Tarjo melihat simbol-simbol, gambar-gambar, dan fragmen berkeliaran di sekitar temannya. Ada sesuatu yang harus disampaikan dengan tuntas.
Satu jam kemudian, temannya mendorong pintu ruangan dengan muka memerah, "keluar!!!"
Tiga hari kemudian tayangan televisi memberitakan penangkapan seorang sekretaris korporat BUMN. Korupsi!
Itulah repotnya. Ilmu perdukunan berkelakuan: datang tanpa diundang, keluar tidak bilang-bilang.
Lelah, tidak seperti biasanya, suatu sore Tarjo pulang lebih cepat dan terheran-heran. Istrinya tidak berada di rumah.