"Mati! Biarkan Tarjo mengarungi dimensi makrifat. Kita tunggu sampai sadar," tangan Mas Bambang, pemimpin KID, menghalangi tubuh teman-teman mendekati Tarjo.
Baru saja embun pada dedaunan terhisap matahari, Tarjo bangun. Bengong dengan wajah memerah seperti bayi.
"Selamat ya mas Tarjo. Anda lulus, bangkit dari mati sesaat (near death experience -pen)," mas Bambang menjulurkan tangan, diikuti oleh teman-teman lainnya.
Suatu pagi, kesaktian Tarjo dibuktikan di kantor. Teman-teman belum datang.
Seorang pria berantakan, kurus, dan berwajah layu datang hendak bertemu mas Bambang. Ia hanya ingin bertemu dukun paling kampiun itu. Tidak mau dengan orang pintar lain, apalagi Tarjo.
Tarjo bersabar, "kopi atau teh, pak?"
"Kopi manis, terima kasih. Hidupku sudah terlalu pahit."
Meletakkan dua cangkir kopi, Tarjo mengamati pria tersebut. Tawaran untuk menampung keluhan kesah, disambut dengan keengganan.
"Hhh, saya hanya mau bertemu mas Bambang. Titik," bibir pria berwajah kusut menyeruput kopi.
Di sampingnya muncul asap putih. Tarjo mengamati bayangan dengan saksama. Tiba-tiba muncul denyut dalam ruang kepala. Semakin lama semakin kuat. Rongga mulut terasa bergetar, bergerak-gerak hendak mengeluarkan suara.
Kesadaran menyatakan, jangan ngomong! Nanti orang itu tersinggung.