Langit senja menitikkan tangis. Dari balik kaca berembun, seorang wanita memandang pria sedang duduk menikmati kopi menyendiri di bangku taman.
Hawa hangat menumbuhkan tunas-tunas kenangan di bawah rambut gelombangnya. Jarak dan sekat kekar menghalangi. Tidak mungkin bersemi kembali.
Ia tahu. Sangat tahu bahwa, kini, dada bidang tempatnya pernah bersandar itu teramat rapuh, menyimpan luka tak tersembuhkan. Gerimis.
"Maafkan aku."
***
Seorang pria tercenung. Ingatannya membubung-bumbung mengikuti asap putih bergulung-gulung menembus daun-daun, lalu lenyap ditelan awan yang menurunkan titik-titik air. Hhhh...
Ku takkan berkisah tentang gerimis, titik-titik air langit menghunjam tabah dalam gigil paling sakit
Tidak
Aku juga tak ingin bercerita perihal senja ungu, penggubah kata-kata rindu pada awan kelabu paling ngilu
O tidak)*