Pengetahuan ini diperoleh manakala aku bermain ke tempat tinggalnya. Setelah puas makan bengkuang di kebun bapaknya, aku diajak mampir ke rumahnya.Â
Ternyata pada dinding anyaman terbuat dari bilah-bilah bambu ditempeli hasil menggambar. Sketsa-sketsa dengan arsiran dibuat melampaui kemampuan umuran anak SD.
Itu kelebihannya. Juga kekuranganku.
Sejak saat itu pula aku rajin datang ke rumahnya, belajar menggambar. Tentang pemandangan alam, hutan berikut penghuninya, juga menggambar ruang. Apa saja yang terbersit di benak.
Persahabatan berlangsung sampai kami melepaskan diri dari masa remaja. Setelah itu berpisah, menjalankan rencana masing-masing. Lama sekali, sehingga luntur ingatanku tentang kebegoan Kasto.
Sekarang mengemuka kenangan tentang sketsa-sketsa dengan arsiran. Tampak nyata hasil dari karunia dilimpahkan oleh Tuhan.Â
Kemampuan luar biasa di tangan Kasto menjadi coretan ajaib penghasil uang. Demikian melimpah sehingga Kasto menjadi tokoh kaya terpandang.
Kantor perancangan arsitektur dan pelaksanaan pembangunan itu merupakan yang terbesar di kota ini.
Biro arsitek dan usaha kontraktor itu tidak lain dan tidak bukan adalah milik Kasto dengan saham mayoritas.
Tiada lagi dan tiada akan pernah orang lain membego-begokannya. Tidak bakalan ada yang berani berpikir ke arah itu.
***